Skip to main content

Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian III)

Pos ini adalah lanjutan dari "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)."


Pada pos "Definisi Uptrend, Downtrend, Sideway (Bagian II)" saya menulis bahwa mendefinisikan Trendless/Sideway (relatif) lebih sulit daripada mendefinisikan Uptrend dan Downtrend.

Jadi, bagaimana sebaiknya definisi saham yang Sideway/Trendless?

Menurut John J. Murphy di buku Technical Analysis of the Financial Market:
Horizontal peaks and troughs would identify a sideway price trend.
Puncak dan lembah yang horizontal adalah ciri-ciri trend harga yang bergerak sideway.

Lho, cuma gitu doang? Saya sama sekali tidak puas dengan definisi ini.

Horizontal gimana? Kan saham selalu bergerak naik turun. Kalau horizontal kan artinya saham hanya terjadi di satu harga, terus menerus. Hal ini sangat jarang terjadi.

Berdasarkan definisi di atas, banyak juga yang berkesimpulan bahwa semua puncak harus sama tingginya dan semua lembah sama rendahnya.

Bahkan contoh grafik yang diberikan John J. Murphy di buku Technical Analysis of the Financial Market menggambarkan puncak yang sama tinggi dan lembah yang sama rendah. Silahkan lihat Figure 3.

Figure 3. Sideway/Trendless Menurut John J. Murphy [Source: Technical Analysis of The Financial Market, p. 50]

Tapi kenyataan di lapangan tidak begitu. Jarang terjadi kondisi puncak sama-tinggi berturut-turut. Jarang juga terjadi lembah sama-rendah berturut-turut. Lebih jarang terjadi lagi puncak sama-tinggi DAN lembah sama-rendah berturut-turut.

Lebih-lebih lagi, banyak kondisi di mana puncak lebih tinggi dan lembah juga lebih tinggi, ataupun puncak lebih rendah dan lembah juga lebih rendah, tapi tetap dikategorikan trendless/sideway.

Jadi menurut saya harus ada definisi trendless/sideway yang lebih spesifik. Menurut Iyan Terus Belajar Saham:


Trendless/Sideway adalah di mana kondisi lebih-tinggi (higher) ataupun kondisi lebih-rendah (lower), baik puncak maupun lembah, hanya terjadi MAKSIMUM tiga kali berturut-turut.

Dengan kata lain, kalau kondisi lebih-tinggi ada TIGA kali berturut-turut, kondisi berikutnya HARUS lebih-rendah (Higher Peak, Higher Trough, Higher Peak, berikutnya harus LOWER Trough).

Kebalikannya, kalau kondisi lebih-rendah ada TIGA kali berturut-turut, kondisi berikutnya HARUS lebih-tinggi (Lower Peak, Lower Trough, Lower Peak, berikutnya harus HIGHER Trough).

Trendless/Sideway akan lebih jelas terlihat kalau kondisi lebih-tinggi (higher) ataupun kondisi lebih-rendah (lower) hanya terjadi DUA kali berturut-turut.

Di Figure 4 anda bisa melihat kondisi Higher Trough, Higher Peak (dua kali Higher), disusul Lower Trough, Lower Peak (dua kali Lower), disusul lagi Higher Trough, Lower Peak, Lower Trough.

Figure 4. Trendless/Sideway Menurut Iyan TerusBelajar Saham
 
Demikian definisi Uptrend, Downtrend, Sideway menurut Iyan Terus Belajar Saham. Kalau anda membaca buku-buku analisa teknikal (bahasa Inggris sekalipun), sangat mungkin definisi yang diberikan tidak sespesifik dengan definisi di atas. Tapi kalau anda menemukan definisi yang mirip-mirip, bukan tidak mungkin definisi tersebut dijiplak dari blog ini.

Anda bebas memilih definisi mana yang akan anda pakai. Tapi, di blog ini, definisi kata Uptrend, Downtrend, atau Sideway, adalah seperti yang saya tulis di pos ini.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

    Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

    Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad