Skip to main content

Cara Investasi Saham Jangka Panjang Dengan Analisa Teknikal

Banyak pemula main saham mengira bahwa satu-satunya analisa untuk investasi saham jangka panjang adalah analisa fundamental.

 Salah.

Mereka juga mengira bahwa analisa teknikal hanya untuk trading saham jangka pendek.

 Juga salah.

Memang, kebanyakan investor jangka panjang adalah penganut analisa fundamental. Tapi ini tidak berarti analisa teknikal tidak bisa digunakan untuk investasi saham jangka panjang.

Tidak percaya?

Silahkan baca buku Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets yang ditulis Stan Weinstein. Di buku ini Stan Weinstein menjelaskan dengan rinci cara investasi saham jangka panjang dengan analisa teknikal.

Figure 1. Cover Buku Stan Weinstein Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets

[Catatan: Melihat foto Stan Weinstein di cover buku tersebut, anda mungkin menerka bahwa ini buku jadul. Betul, buku ini pertama kali terbit tahun 1988 dan bisa dikategorikan jadul.  Tapi konsep yang ditawarkan Stan Weinstein tetap relevan untuk saat ini.]


Filosofi yang diajukan Stan Weinstein adalah sebagai berikut:

1. Never buy or sell a stock without checking the chart.

Jangan pernah membeli atau menjual saham tanpa mengecek grafik saham.

2. Never buy a stock when good news comes out, especially if the chart shows a significant advance prior to the news release.

Jangan pernah membeli saham ketika keluar berita bagus, terutama bila terlihat di grafik bahwa harga saham sudah naik banyak sebelum berita keluar.

3. Never buy a stock because it appears cheap after getting smashed. When it sells off further, you'll find out that cheap can become far cheaper!

Jangan pernah membeli saham karena kelihatannya murah setelah harga saham anjlok banyak. Ketika saham turun lebih dalam lagi, anda akan tahu bahwa yang murah bisa menjadi lebih murah.

4. Never buy a stock in a downtrend on the chart.

Jangan pernah membeli saham yang grafiknya downtrend. (Belum tahu arti istilah downtrend? Silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless.")

5. Never hold a stock that is in downtrend no matter how low the price/earnings ratio. Many weeks later and several points lower, you'll find out why the stock is going down.

Jangan pernah memegang saham yang sedang downtrend tak peduli seberapapun rendah price/earnings ration-nya. [Kalau anda belum tahu arti price/earnings ration, silahkan baca pos "Arti Istilah Price-to-Earnings Ratio."] Beberapa minggu kemudian dan beberapa point lebih rendah, anda akan tahu mengapa saham tersebut turun.

6. Always be consistent. If you find that you're sometimes buying, sometimes selling in practically identical situations, then there is something terribly wrong with your discipline.

Selalu konsisten. Kalau anda kadang membeli, kadang menjual pada situasi yang sama persis, berarti ada masalah besar dengan disiplin anda.

Figure 2. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan di Grafik Menurut Stan Weinstein

Jadi kalau anda ingin investasi saham jangka panjang tapi tidak minat membaca laporan keuangan perusahaan, silahkan pelajari cara investasi saham yang dijabarkan Stan Weinstein di buku Secrets for Profiting in Bull and Bear Markets.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

    Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

    Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad