Skip to main content

Bisakah Konsisten Untung Main Saham Dengan Mengikuti Berita?

Di halaman "Kurikulum," pada tanggal 18 Juni 2016 saudara Erwin Sanz bertanya:

"...sejauh mana pak Iyan mengacuhkan suatu berita/kabar/rumor. Pak Iyan sering berkata bahwa sudah meninggalkan FA (Fundamental Analysis), hanya fokus ke TA (Technical Analysis) dan tidak/jarang membaca berita atau rumor karena percaya bahwa harga sudah mencermikan semuanya.

Pengalaman saya setahun ini ternyata setiap hari kita dibombardir dengan berita (rumor) yang mempengaruhi pergerakan harga (trend) baik yang secara tiba-tiba ataupun perlahan dan (sepertinya) alangkah lebih baik jika kita mampu memanfaatkannya untuk melakukan antisipasi."

Figure 1. Bisakah Konsisten Untung Main Saham Hanya Dari Berita?

Ini pertanyaaan yang sangat baik. Dan saya yakin banyak di antara anda yang juga berpikiran sama dengan saudara Erwin Sanz. Saya pun saat baru mulai main saham juga berpikiran sama dengan saudara Erwin Sanz: kalau saya tahu berita lebih dahulu daripada orang lain, saya bisa untung dari saham.

Dengan pandangan seperti itu, di awal tahun 2000an saya berlangganan (dan membaca) koran lokal: Kompas, Investor Daily, Bisnis Indonesia. Saya juga berlangganan (dan membaca) koran luar negeri: Wall Street Journal, Financial Times, Investor Business Daily.

Saya juga berlangganan (dan membaca dari halaman depan sampai halaman belakang) majalah luar negeri: Fortune, Business Week, Forbes, Far Eastern Economic Review, Inc., Entrepreneur.

Saya juga berlangganan TV berbayar Indovision khusus untuk menonton channel bisnis CNBC (channel CNBC selalu menyala sejak saya masuk kamar tidur sampai saya meninggalkan kamar tidur besok paginya, setiap hari, termasuk weekend.)

Hasilnya: mata sepet, kepala cenut-cenut, capek, kurang tidur, sukar konsentrasi. Tapi main saham tetap rugi (bahkan rugi lebih banyak). 

Nah, itu yang saya lakukan di awal tahun 2000an saat internet masih belum umum dan social media masih belum panas seperti sekarang.

Dengan luasnya jaringan internet dan menjamurnya social media sekarang ini, berita di koran, berita di majalah, atau berita di TV sudah tidak cukup cepat. Via internet anda bisa baca/dengar/nonton berita apa saja, kapan saja secara LIVE (langsung). Untuk mengikuti rumor/gosip, anda bisa nimbrung di newsgroup, forum, chatroom.

Masalahnya�dengan begitu banyaknya berita/informasi/rumor yang ada di internet�kalau anda berusaha mengikuti semua berita saham, saya rasa anda tidak punya energi lagi untuk menganalisa saham. Kalaupun masih tersisa energi, kemungkinan besar anda tidak untung karena analisa saham anda tumpul karena sudah kecapean berlari mengejar gerbong berita.

Nah, jawaban saya ke saudara Erwin Sanz adalah sebagai berikut:

"Sekali lagi saya tegaskan, saya tidak memakai berita untuk membuat keputusan trading.

Belasan tahun lalu, ketika media cetak masih berperan besar menyebarkan berita penting, sudah saya simpulkan bahwa saya TIDAK BISA konsisten untung dengan mengandalkan berita. Apalagi sekarang saat internet dan social media jauh lebih cepat menyebarkan berita daripada media cetak.

Saya tidak bilang anda tidak bisa untung konsisten dengan (mengikuti) berita. Mungkin saja bisa. Tapi saya sangsi.

Kenapa?

Ada beberapa sebab:

1. (Hampir) Tidak mungkin anda SELALU menjadi orang yang pertama mendengar suatu berita.

2. Kalaupun anda bisa selalu pertama mendengar suatu berita dan bereaksi pertama (beli saham atau jual saham), belum tentu reaksi anda benar. Bisa saja anda pikir berita tersebut akan membuat saham naik, tapi kenyataannya malah turun. Atau sebaliknya.

Itulah sebabnya saya sudah lama trading TANPA harus tahu berita.

Biasanya, setelah suatu saham bergerak dan saya bereaksi, barulah saya bertanya ke teman-teman apakah ada berita tentang saham tersebut."


---###$$$###---


Nah, kalau anda sudah bisa untung konsisten dengan membaca/menonton berita di koran, majalah, TV, abaikan apa yang saya tulis di atas. Lanjutkan terus apa yang sudah anda lakukan.

Tapi kalau anda belum untung (atau bahkan rugi) saat main saham berdasarkan berita media, silahkan coba solusi berikut:

Hentikan usaha anda mengejar berita/rumor/gosip.

Belajar Analisa Teknikal untuk mengikuti perGERAKan harga saham.

Kalau harga saham NAIK (ke harga tertentu)�kenaikan harga ini mungkin karena ada berita bagus tentang saham tersebut�BELI.

Kalau harga saham TURUN (ke harga cut-loss)�penurunan harga ini mungkin karena ada berita buruk tentang saham tersebut�JUAL.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

 

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad