Skip to main content

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 2

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1."

Anda sudah mulai meng-input data harga Open, High, Low, Close saham. Apa saja yang perlu anda perhatikan dari data-data ini? Mari kita telaah satu persatu.


A. Open (Buka)

Yang perlu anda perhatikan dari Open adalah apakah harga Open ini di Prv Price (harga penutupan kemarin), di atas Prv Price, atau di bawah Prv Price.

Kalau harga saham Open di Prv Price, hal ini tidak berindikasi apa-apa. (Open di Prv Price yang saya maksud ini tidak selalu harus TEPAT di titik Prv Price; satu poin di atas atau pun satu poin di bawah bisa juga termasuk kategori ini.)
 
Kalau harga saham Open di atas Prv Price, saham tersebut relatif Bullish. Semakin tinggi Open di atas Prv Price, semakin Bullish.

Kalau harga saham Open di bawah Prv Price, saham tersebut relatif Bearish. Semakin rendah Open di bawah Prv Price, semakin Bearish.

(Kalau anda belum mengerti arti kata Bullish dan Bearsih, silahkan baca dulu pos "Arti 'Bullish' dan 'Bearish' di Bursa Saham.")

Perlu anda perhatikan bahwa harga saham pada umumnya Open di harga Prv Price (harga penutupan kemarin). Karena sifatnya yang umum, kondisi ini tidak mencerminkan apa-apa.

Lain halnya dengan saham yang harga Open-nya di atas ataupun di bawah harga Prv Price.

Mengapa?

Mari kita pikirkan bersama. 

Kalau harga saham dibuka di atas Prv Price, penyebabnya adalah dorongan beli yang kuat. Pembeli saham yakin bahwa saham tersebut masih murah walaupun ia membeli di harga jauh lebih tinggi dari Prv Price. Aksi beli inilah yang membuat saham tersebut (relatif) Bullish.

Di tabel 1 anda bisa melihat pada tanggal 27 Februari 2013 TLKM Open > Prv Price. Pada sore hari tersebut TLKM ditutup naik 3.05%.

Tabel 1. Telkom Open Di Atas Prv Price Pada Tanggal 27 Feb 2013

Kebalikannya, kalau harga saham dibuka di bawah Prv Price, penyebabnya adalah dorongan jual yang besar. Penjual saham yakin bahwa saham ini layak diobral jauh di bawah harga Prv Price. Aksi jual ini membuat saham tersebut (relatif) Bearish.

Di tabel 2 anda bisa lihat pada tanggal 12 Desember 2012 UNVR Open < Prv Price. Pada hari itu UNVR ditutup turun 10.79%.

Tabel 2. UNVR Open Di Bawah Prv Price Pada Tanggal 12 Des 2012

Kalau gitu, anda berpikir, saya beli saja saham yang Open di atas Prv Price. Kalo bullish kan berarti saham masih akan naik? Dengan mudah bisa saya jual saham tersebut di harga lebih tinggi.

Nah, itu teorinya. Prakteknya tidak semudah itu. Karena itu, ada baiknya saya beri peringatan terlebih dulu.

PERINGATAN! WARNING:
Jangan langsung melakukan aksi jual-beli saham berdasarkan apa yang anda baca di pos ini dan lanjutannya. Analisa teknikal yang anda pelajari di sini masih terlalu minim untuk dipakai sebagai dasar jual-beli saham. Lagipula, anda perlu lebih dari satu data untuk membuat keputusan terpelajar.

OK. Mari kita lanjut.

Perhatikan saya memakai kata relatif di depan kata Bullish (dan Bearish). Artinya, tingkat Bullish suatu saham tidaklah sama. Tingkat/level Bullish ini tergantung pada banyak hal (seberapa tinggi di atas Prv Price, seberapa lama daya tahannya, pergerakan naik turun harga, dll).

Bahkan ada juga kondisi saham Open di atas Prv Price yang tidak termasuk Bullish. Misalkan Prv Price saham IDKM adalah Rp 1500. Di pagi hari, IDKM Open di 1550 tapi beberapa menit kemudian IDKM turun lagi menjadi 1500.

Mengapa hal seperti ini terjadi?

Salah satu kemungkinan adalah karena kesalahan order. Artinya: sebenarnya Yesico mau JUAL IDKM di harga 1550 tapi dia malah memasukkan order BELI di 1550. Ketika Yesico masih shock memandangi monitor komputer, pemain-pemain saham yang dari hari sebelumnya ingin menjual di harga 1510, 1520, 1530, 1540, 1550 langsung menggunakan kesempatan ini untuk menjual. Tidak heran beberapa menit kemudian harga saham turun ke harga Prv Price di 1500.

Nah, kondisi seperti di atas tidak termasuk kondisi Bullish karena harga Open di atas Prv Price hanya bertahan dalam waktu singkat.

Tapi secara umum, harga saham Open di atas Prv Price mengindikasikan kondisi Bullish. Semakin lama harga bertahan di atas Prv Price, semakin tinggi tingkat Bullish-nya. Semakin tinggi Open di atas Prv Price, juga semakin Bullish.

Kebalikannnya, harga saham Open di bawah Prv Price mengindikasikan kondisi Bearish. Semakin lama harga bertahan di bawah Prv Price, semakin tinggi tingkat Bearish-nya. Semakin rendah Open di Prv Price, juga semakin Bearish.

(Saya akan menulis tingkatan Bullish dan Bearish ini di pos tersendiri.)

Data berikut yang akan kita analisa adalah High and Low. Silahkan lanjut baca ke pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 3."








Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

    Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

    Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad