Anda sudah membeli saham dan saham tersebut naik. Apa yang sebaiknya anda lakukan?
Kalau anda sudah membaca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)" anda tahu bahwa sebaiknya anda menjual SEBAGIAN dari saham yang anda miliki. Saran saya di pos itu adalah untuk menjual SETENGAH dari jumlah saham yang anda miliki.
Itu konsep yang saya kemukakan. Tapi jual setengah ini di harga berapa? Lalu bagaimana dengan setengah yang kedua?
Di pos ini saya akan membahas permasalahan di atas dengan detail.
Untuk memudahkan diskusi, mari kita memulainya dengan contoh rencana trading (trading plan) yang anda siapkan.
Misalkan saja anda membeli saham Waskita Karya (WSKT) di harga Rp 800 sejumlah 100 lot. (Kalau anda tidak tahu arti "lot," silahkan baca pos "Arti Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia.")
Pada saat membeli, anda langsung menentukan harga cut-loss kalau-kalau saham turun. Anda memakai cut-loss sistem persentase (silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"), dan angka yang anda pakai adalah 10%. Artinya, kalau saham WSKT turun 10%, anda akan langsung jual rugi.
Setelah menetapkan cut-loss 10% dari harga beli, anda juga menentukan batas waktu (deadline) untuk cut-loss. (Silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli, Bagian IV".) Karena anda memutuskan menjadi swing-trader, batas waktu yang anda tentukan adalah 20 hari kerja bursa. Artinya, kalau WSKT dalam 20 hari kerja tidak naik, tapi juga tidak turun sampai titik cut-loss, anda akan jual.
Kondisi awal rencana trading (trading plan) anda:
Beli WSKT 100 lot di Rp.800.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Batas waktu: 20 hari kerja.
Setelah anda beli, WSKT sempat turun ke 750, tapi lalu perlahan-lahan naik.
790, 800, 810, 820, 830, 840.
Pada hari ke-sebelas, WSKT tutup (close) di harga 850. (Untuk menyegarkan ingatan anda tentang Close, silahkan baca pos "Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui.")
Anda senang WSKT naik DI ATAS harga beli anda. Di atas kertas, anda sudah untung.
Bung Iyan menyarankan saya menjual SETENGAH dari saham yang sudah naik," gumam anda dalam hati. Tapi dia tidak bilang jualnya di harga berapa. Gimana nih?
Kebetulan sekali. Si bung Iyan akan memberikan saran tersebut di sini. Saran saya:
Jika saham yang anda beli naik, target harga jual pertama adalah sebesar target anda cut-loss.
Artinya, kalau anda menetapkan cut-loss 5%, target jual pertama adalah ketika saham naik 5%. Kalau anda menetapkan cut-loss 25%, target jual pertama adalah ketika saham naik 25%.
Nah, karena anda menetapkan cut-loss 10%, target jual pertama anda adalah ketika saham NAIK 10%.
Trading Plan lengkap dengan target harga ke-1:
Harga beli WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 850.
Jumlah saham: 100 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Jual SETENGAH kalau WSKT naik ke 880.
Namanya juga lagi beruntung, lagi hoki, beberapa hari kemudian, pada hari ke-limabelas setelah anda beli, WSKT benar naik ke 880. Jadilah anda menjual 50 lot (setengah) saham WSKT milik anda.
Aaah, sungguh senang hatiku, anda bernyanyi-nyanyi kecil. Kalau WSKT naik, saya masih punya 50 lot lagi. Kalau turun...wah, kalau turun saya juga masih punya 50 lot. Musti diapain nih sisa yang setengah ini?
Pertanyaan yang sangat valid.
Kondisi sekarang:
Harga WSKT: 880.
Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi: 50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80 = Rp 2 juta.
Nah, kalau kondisi di atas tidak anda perbaharui, anda akan menjual HANYA kalau WSKT turun ke 720. Kalau hal ini terjadi, artinya anda rugi Rp 2 juta (50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80).
Alhasil: untung Rp 2 juta yang pertama habis untuk menutupi rugi Rp 2 juta ini, total jenderal tidak ada untung (bahkan masih rugi sebesar "fee" jual beli yang harus anda bayar ke broker.)
Di Wall Street (bursa saham Amerika Serikat) ada pepatah "Don't Let Your Profit Turn Into a Lost." Terjemahannya: Jangan biarkan keuntungan berubah menjadi kerugian.
Masalahnya, bagaimana cara terbaik mencegah untung berbalik menjadi rugi?
Bagaimana kalau jual sisa saham di harga target atau di titik resistance yang ditulis oleh analis-analis di surat kabar atau di riset yang mereka email ke anda?
Jangan.
Kan sudah saya beritahu di pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?" agar TIDAK serta-merta percaya pada analis, bahkan yang profesional sekalipun. Ingat: tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Kalau begitu, apa tidak lebih baik kalau jual SEMUA saja di 880? Kan sudah untung?
Jangan juga.
Menjual SEMUA di 880 memang memastikan anda mendapat untung. Tapi bagaimana kalau WSKT masih naik lagi?
Di Wall Street ada juga pepatah: Let the profit runs. Terjemahannya: biarkan keuntungan berlari. Artinya, jangan terlalu cepat mengambil keuntungan karena bisa saja keuntungan tersebut menjadi lebih besar.
Lagipula, tidak banyak saham yang anda beli memberikan profit; lebih banyak yang merugi. Ketika saham memberikan untung, anda harus meraup untung semaksimal mungkin untuk menutup kerugian dari saham-saham yang lain.
Kalau sisa saham tidak langsung dijual, khawatir turun lagi. Kalau sisa saham langsung dijual, khawatir masih naik terus.
Jadi harus gimana sih? ujar anda sambil menggaruk-garuk kepala.
Sabar, sabar. Akan saya jelaskan.
Anda masih ingat pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini"? Di pos tersebut saya berusaha meyakinkan anda betapa pentingnya anda melakukan cut-loss. Begitu pentingnya cut-loss sampai-sampai saya menyatakan (saya kutip dari pos tersebut):
Tidak ada yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.
Di sini saya akan tambahkan satu lagi alasan mengapa konsep cut-loss harus anda kuasai sejak awal anda belajar main saham:
Konsep cut-loss amat sangat penting bukan hanya karena ia bisa mencegah kehancuran finansial tapi juga karena ia bisa memaksimalkan keuntungan dari saham yang naik pesat.
Lho, kok bisa?
Iya, bisa.
Karena untuk memaksimalkan keuntungan (profit) dari saham yang sedang naik, anda saya anjurkan menggunakan saudara dekat dari cut-loss yang namanya TRAILING STOP.
Apa sebenarnya trailing-stop ini? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)."
Pos-pos yang berhubungan:
Kalau anda sudah membaca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)" anda tahu bahwa sebaiknya anda menjual SEBAGIAN dari saham yang anda miliki. Saran saya di pos itu adalah untuk menjual SETENGAH dari jumlah saham yang anda miliki.
Itu konsep yang saya kemukakan. Tapi jual setengah ini di harga berapa? Lalu bagaimana dengan setengah yang kedua?
Di pos ini saya akan membahas permasalahan di atas dengan detail.
Untuk memudahkan diskusi, mari kita memulainya dengan contoh rencana trading (trading plan) yang anda siapkan.
Misalkan saja anda membeli saham Waskita Karya (WSKT) di harga Rp 800 sejumlah 100 lot. (Kalau anda tidak tahu arti "lot," silahkan baca pos "Arti Istilah 'Lot' dan 'Odd Lot' di Bursa Efek Indonesia.")
Pada saat membeli, anda langsung menentukan harga cut-loss kalau-kalau saham turun. Anda memakai cut-loss sistem persentase (silahkan baca pos "Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham"), dan angka yang anda pakai adalah 10%. Artinya, kalau saham WSKT turun 10%, anda akan langsung jual rugi.
Setelah menetapkan cut-loss 10% dari harga beli, anda juga menentukan batas waktu (deadline) untuk cut-loss. (Silahkan baca pos "Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli, Bagian IV".) Karena anda memutuskan menjadi swing-trader, batas waktu yang anda tentukan adalah 20 hari kerja bursa. Artinya, kalau WSKT dalam 20 hari kerja tidak naik, tapi juga tidak turun sampai titik cut-loss, anda akan jual.
Kondisi awal rencana trading (trading plan) anda:
Beli WSKT 100 lot di Rp.800.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Batas waktu: 20 hari kerja.
Setelah anda beli, WSKT sempat turun ke 750, tapi lalu perlahan-lahan naik.
790, 800, 810, 820, 830, 840.
Pada hari ke-sebelas, WSKT tutup (close) di harga 850. (Untuk menyegarkan ingatan anda tentang Close, silahkan baca pos "Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui.")
Anda senang WSKT naik DI ATAS harga beli anda. Di atas kertas, anda sudah untung.
Bung Iyan menyarankan saya menjual SETENGAH dari saham yang sudah naik," gumam anda dalam hati. Tapi dia tidak bilang jualnya di harga berapa. Gimana nih?
Kebetulan sekali. Si bung Iyan akan memberikan saran tersebut di sini. Saran saya:
Jika saham yang anda beli naik, target harga jual pertama adalah sebesar target anda cut-loss.
Artinya, kalau anda menetapkan cut-loss 5%, target jual pertama adalah ketika saham naik 5%. Kalau anda menetapkan cut-loss 25%, target jual pertama adalah ketika saham naik 25%.
Nah, karena anda menetapkan cut-loss 10%, target jual pertama anda adalah ketika saham NAIK 10%.
Trading Plan lengkap dengan target harga ke-1:
Harga beli WSKT: 800.
Harga WSKT sekarang: 850.
Jumlah saham: 100 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Jual SETENGAH kalau WSKT naik ke 880.
Namanya juga lagi beruntung, lagi hoki, beberapa hari kemudian, pada hari ke-limabelas setelah anda beli, WSKT benar naik ke 880. Jadilah anda menjual 50 lot (setengah) saham WSKT milik anda.
Aaah, sungguh senang hatiku, anda bernyanyi-nyanyi kecil. Kalau WSKT naik, saya masih punya 50 lot lagi. Kalau turun...wah, kalau turun saya juga masih punya 50 lot. Musti diapain nih sisa yang setengah ini?
Pertanyaan yang sangat valid.
Kondisi sekarang:
Harga WSKT: 880.
Jumlah saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 720.
Keuntungan yang sudah direalisasi: 50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80 = Rp 2 juta.
Nah, kalau kondisi di atas tidak anda perbaharui, anda akan menjual HANYA kalau WSKT turun ke 720. Kalau hal ini terjadi, artinya anda rugi Rp 2 juta (50 lot x 500 lembar/lot x Rp 80).
Alhasil: untung Rp 2 juta yang pertama habis untuk menutupi rugi Rp 2 juta ini, total jenderal tidak ada untung (bahkan masih rugi sebesar "fee" jual beli yang harus anda bayar ke broker.)
Di Wall Street (bursa saham Amerika Serikat) ada pepatah "Don't Let Your Profit Turn Into a Lost." Terjemahannya: Jangan biarkan keuntungan berubah menjadi kerugian.
Masalahnya, bagaimana cara terbaik mencegah untung berbalik menjadi rugi?
Bagaimana kalau jual sisa saham di harga target atau di titik resistance yang ditulis oleh analis-analis di surat kabar atau di riset yang mereka email ke anda?
Jangan.
Kan sudah saya beritahu di pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?" agar TIDAK serta-merta percaya pada analis, bahkan yang profesional sekalipun. Ingat: tidak ada seorangpun yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Kalau begitu, apa tidak lebih baik kalau jual SEMUA saja di 880? Kan sudah untung?
Jangan juga.
Menjual SEMUA di 880 memang memastikan anda mendapat untung. Tapi bagaimana kalau WSKT masih naik lagi?
Di Wall Street ada juga pepatah: Let the profit runs. Terjemahannya: biarkan keuntungan berlari. Artinya, jangan terlalu cepat mengambil keuntungan karena bisa saja keuntungan tersebut menjadi lebih besar.
Lagipula, tidak banyak saham yang anda beli memberikan profit; lebih banyak yang merugi. Ketika saham memberikan untung, anda harus meraup untung semaksimal mungkin untuk menutup kerugian dari saham-saham yang lain.
Kalau sisa saham tidak langsung dijual, khawatir turun lagi. Kalau sisa saham langsung dijual, khawatir masih naik terus.
Jadi harus gimana sih? ujar anda sambil menggaruk-garuk kepala.
Sabar, sabar. Akan saya jelaskan.
Anda masih ingat pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini"? Di pos tersebut saya berusaha meyakinkan anda betapa pentingnya anda melakukan cut-loss. Begitu pentingnya cut-loss sampai-sampai saya menyatakan (saya kutip dari pos tersebut):
Tidak ada yang bisa menyelamatkan anda dari kehancuran financial bila anda tidak pernah mau cut-loss.
Di sini saya akan tambahkan satu lagi alasan mengapa konsep cut-loss harus anda kuasai sejak awal anda belajar main saham:
Konsep cut-loss amat sangat penting bukan hanya karena ia bisa mencegah kehancuran finansial tapi juga karena ia bisa memaksimalkan keuntungan dari saham yang naik pesat.
Lho, kok bisa?
Iya, bisa.
Karena untuk memaksimalkan keuntungan (profit) dari saham yang sedang naik, anda saya anjurkan menggunakan saudara dekat dari cut-loss yang namanya TRAILING STOP.
Apa sebenarnya trailing-stop ini? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)."
Pos-pos yang berhubungan:
- Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian I)
- Arti Istilah "Lot" dan "Odd Lot" di Bursa Efek Indonesia
- Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham
- Cara Main Saham Untuk Pemula: Setelah Beli (Bagian IV)
- Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui
- Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?
- Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini
Comments
Post a Comment