Skip to main content

Tanggapan Pilih Mana: Investasi Saham Jangka Panjang atau Trading Saham Jangka Pendek?

Di bulan Maret 2016 di pos "Pilih Mana: Investasi Saham Jangka Panjang atau Trading Saham Jangka Pendek" saya bertanya kepada pembaca blog ini:

Pilih Mana:

1. Investasi saham jangka panjang (tahunan)
2. Investasi saham jangka bulanan
3. Trading saham jangka mingguan
4. Trading saham jangka harian
5. Tidak masalah investasi jangka tahunan, bulanan, ataupun trading jangka mingguan, harian. Yang penting untung.

Figure 1. Investasi Saham Jangka Panjang atau Trading Saham Jangka Pendek?

Terima kasih untuk anda yang sudah memilih dan meninggalkan komentar.

Yang mana adalah pilihan terbaik?

Yuk kita bahas.

---###$$$###---

Menurut saya, kalau pengalaman main saham anda lebih dari 5 tahun, pilihan yang terbaik adalah Nomor 5: Yang penting untung.

Tapi kalau pengalaman main saham anda kurang dari 5 tahun, pilihan yang terbaik adalah Nomor 5: Tidak masalah investasi jangka tahunan, bulanan ataupun trading jangka mingguan, harian.

Lho? Bukankah sama-sama Nomor 5?

Betul. Tak peduli berapa tahun pengalaman anda main saham, pilihan yang terbaik�menurut saya�adalah Nomor 5. Hanya saja, penekanannya yang berbeda.

Untuk anda yang sudah main saham lebih dari 5 tahun, saya asumsikan anda sudah�sedikit banyak�tahu bingkai waktu main saham yang cocok dengan karakter anda. Mungkin anda fokus dengan swing trading mingguan. Tapi anda juga tidak menutup kemungkinan untuk bereksperimen dengan bingkai waktu yang lain. Yang Penting Untung.

Masalahnya sedikit berbeda untuk anda yang pengalaman main sahamnya kurang dari 5 tahun.

Di pos "Target Laba Main Saham" sudah saya tulis bahwa target pemula main saham bukanlah untuk mencari untung tapi untuk tidak rugi terlalu banyak.

Jadi, kalau pengalaman main saham anda kurang dari 5 tahun, sebaiknya fokus anda bukan pada bagian "Yang penting untung" tapi pada "Tidak masalah investasi jangka tahunan, bulanan, ataupun trading jangka mingguan, harian."

Mengapa?

Ketika anda mulai main saham, hampir pasti anda main saham berdasarkan pandangan orang lain. Maksud saya, kemungkinan besar anda terjun main saham karena MEMBACA, MENDENGAR, MENONTON berita tentang pemain saham atau investor sukses di Indonesia ataupun di dunia: Anda ingin kaya seperti mereka dengan bermain saham.

Caranya?

Ikuti cara mereka.

Kalau anda baca/dengar/nonton bahwa si Anu bisa untung 5-10% per bulan dari trading saham jangka harian, anda tertarik untuk trading saham jangka harian.

Kalau anda baca/dengar/nonton bahwa si Itu bisa untung 8-15% per bulan dari trading saham mingguan, anda tertarik untuk trading saham jangka mingguan.

Kalau anda baca/dengar/nonton bahwa Warren Bufftet menjadi investor saham terkaya di dunia dari investasi saham jangka panjang, anda tertarik untuk investasi saham jangka panjang (tahunan).

Masalahnya...

Anda bukan si Anu. Anda bukan si Itu. Dan yang pasti, anda juga bukan Warren Buffet.

Anda adalah anda.

Bingkai waktu yang cocok dan menguntungkan untuk si Anu, Itu, Warren Buffet, BELUM TENTU cocok dan menguntungkan untuk anda.

Jangan salah mengerti. Saya tidak bilang anda jangan mencontoh bingkai waktu si Anu, Itu, atau Warren Buffet. Boleh kok.

Hanya saja, JANGAN LANGSUNG BERKESIMPULAN bingkai waktu mereka adalah bingkai waktu terbaik untuk anda.

Artinya, misalkan anda mulai main saham dengan trading saham harian dan tidak untung. Jangan menutup kemungkinan untuk mencoba trading jangka mingguan atau investasi jangka bulanan.

Misalkan juga anda mulai main saham dengan investasi jangka tahunan. Tapi anda stress melihat portofolio yang naik turun. Nah, jangan menutup kemungkinan untuk beralih ke bingkai waktu yang lebih pendek.

Pesan moral: Silahkan mulai belajar main saham dengan bingkai waktu pilihan (awal) anda. Kalau menguntungkan, lanjutkan. Kalau tidak menguntungkan, silahkan bereksperimen dengan bingkai waktu yang lain.

Dengan kata lain: JANGAN terlalu yakin bahwa pilihan (awal) anda adalah yang terbaik. Buka diri anda bahwa opsi lain BISA JADI lebih baik/cocok untuk anda. 






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad