Skip to main content

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4."

(Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1.")


Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open:
  1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)
  2. Open Di Prv Price (Open = Prv Price)
  3. Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price)

Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.  

Mari kita teliti satu per satu.


1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) 

Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.


 a.  Close > Open (> Prv Price) 

Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1.

Pada Tabel 1 di bawah anda bisa melihat bahwa pada tanggal 3 November 2008 ASII Open di atas Prv Price dan Close di atas Open. Jadi, Close > Open > Prv Price.

Tabel 1. ASII Open Di Atas Prv Price Close Di Atas Open

b.  Close = Open (> Prv Price) 

Kalau Close di harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 2 Bullish di antara semua kondisi nomor 1.


c. Open > Close (> Prv Price)

Kalau Close di bawah harga Open, saham tersebut relatif Bullish SELAMA Close ini di atas Prv Price; ranking 3 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. 

Karena kondisi Open di Atas Prv Price adalah kondisi Bullish, walaupun Close-nya di bawah Openselama Close ini masih di atas Prv Pricesaham tersebut tetap relatif Bullish. (Kalau Close-nya di BAWAH Prv Price, kondisi ini belum tentu Bullish. Hal ini tidak saya diskusikan di sini karena terlalu ruwet untuk pemula.)

Pada Tabel 2 anda bisa melihat bahwa pada tanggal 6 Desember 2006 ASII Open di atas Prv Price, tapi Close di bawah Open. Jadi, Open > Close > Prv Price.

Tabel 2. ASII Open Di Atas Prv Price, Close Di Bawah Open



2. Open Di Prv Price (Open = Prv Price) 

Kondisi ini sendiri tidak berindikasi apa-apa. Kalau anda teliti, kondisi ini adalah sama dengan kondisi I yaitu Close Hari ini vs. Prv Price (karena Open = Prv Price).


a. Close > Open (= Prv Price)

Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish. 


b. Close = Open (= Prv Price)

Kalau Close di harga Open, tidak bisa disimpulkan tanpa indikator lain. 


c. Open (= Prv Price) > Close 

Kalau Close di bawah harga Open, saham tersebut relatif Bearish.


 
3. Open Di Bawah Prv Price (Prv Pice > Open) 

Kondisi ini sendiri adalah relatif Bearish.  


a. (Prv Price >) Close > Open 

Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bearish SELAMA Close ini di bawah Prv Price; ranking 3 Bearish di antara semua kondisi nomor 3. 

Karena kondisi Open di Bawah Prv Price adalah kondisi Bearish, walaupun Close-nya di atas Openselama Close ini masih di bawah Prv Pricesaham tersebut tetap relatif Bearish. (Kalau Close-nya di ATAS Prv Price, kondisi ini belum tentu Bearish. Sama halnya dengan kondisi 1c, hal ini juga akan saya diskusikan di pos lain.)

Pada Tabel 3 di bawah anda bisa melihat bahwa pada tanggal 21 November 2008 BBRI Open di bawah Prev Price, tapi Close di atas Open. Jadi, Prv Price > Close > Open.

Tabel 3. BBRI Open Di Bawah Prv Price, Close Di Atas Open


b. (Prv Price >) Close = Open 

Kalau Close di harga Open, saham tersebut relatif Bearish; ranking 2 Bearish di antara semua kondisi nomor 3. 


c. (Prv Price >) Open > Close 

Kalau Close di bawah harga Open, saham tersebut relatif Bearish; ranking 1 Bearish di antara semua kondisi nomor 3.

Pada Tabel 4 anda bisa melihat bahwa pada tanggal 13 November 2008 BBRI Open di bawah Prv Price dan Close di bawah Open. Jadi, Prv Price > Open > Close.

Tabel 4. BBRI Open Di Bawah Prv Price, Close Di Bawah Open


Kalau kita me-ranking kondisi di atas dari paling Bullish ke paling Bearish, urutannya adalah:
  
1a > 1b > 1c > 3a >3b > 3c 

Kondisi nomor 2 tidak ikut saya bandingkan karena kondisi tersebut (Open di Prv Price) tidak memberikan indikasi jelas. Kita perlu indikator lain untuk mengambil kesimpulan. Lagipula, bisa saja kondisi 2a lebih Bullish dari 1b atau 1c tergantung dari High dan Low yang terjadi.
  
Sampai di sini kemungkinan anda bingung dan menggaruk-garuk kepala anda yang tidak gatal. 

"Kalau analisa teknikal saham untuk pemula aja udah bikin pusing kayak gini," gumam anda dalam hati, "gimana analisa teknikal tingkat lanjut?" 

Memang, pembahasan di atas agak ruwet. Walaupun ruwet, tetap saya lakukan karena tujuan saya adalah menyadarkan anda bahwa semakin banyak data yang anda pergunakan, semakin rumit proses analisa teknikal.

(Kalau begini saja sudah pusing, coba bayangkan kalau anda langsung belajar indikator-indikator teknikal seperti Moving Average, Bollinger Band, MACD, Stochastic, Elliot Wave Theory, Angka Fibonacci, dan sebagainya. Mungkin anda bukan cuma menggaruk-garuk kepala, tapi sudah mencabuti rambut di kepala anda!)

Jangan menyerah. Pembahasan harga Close di atas tidaklah serumit yang anda bayangkan. Kalau anda rajin menulis ulang data Open, High, Low, Close untuk beberap bulan, saya yakin anda akan dengan sendirinya mengerti inti pembahasan di atas.
   
Kalau cenut-cenut di kepala anda sudah berkurang, tiba saatnya kita bicarakan Close vs. High. Silahkan lanjut baca ke pos "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 6."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la