Skip to main content

Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian III)

Pos ini adalah lanjutan dari "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian II)."

Untuk membaca seri ini dari awal, silahkan klik di sini "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian I)."


Trading Plan terakhir adalah sebagai berikut:

Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.


Menurut anda masih ada yang kurang dari Trading Plan ini.

Apa ya yang kurang?


Setelah berpikir cukup lama akhirnya saya sadar: Maksud anda mungkin target harga?

Betul sekali bung Iyan, kata anda. Target harga jual masih belum ada.

Ah, sang murid sudah mulai pintar nih.

Betul sekali. Trading Plan di atas masih perlu data target harga. 

Oke, bagaimana cara menentukan target harga ini?

Sederhana saja. Anda masih ingat bahwa karena anda menentukan cut-loss 10%, target jual pertama adalah ketika saham naik 10%. Nah, target harga ke-2 adalah ketika saham naik 10% dari target harga pertama.


Trading Plan terkini lengkap dengan target harga ke-2:

Harga modal WSKT: 800
Harga WSKT sekarang: 880.
Jumlah sisa saham: 50 lot.
Cut-loss kalau WSKT turun ke 800.

Target harga ke-2: 880 + (10% x 880) = 970 (pembulatan ke fraksi harga terdekat).
Batas waktu: 20 hari.
Realized Profit: Rp 2 juta.



Melihat Trading Plan ini, ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi dalam 20 hari ke depan:
  1. Saham turun sampai harga cut-loss di 800.
  2. Saham turun tidak sampai 800 tapi juga naik tidak sampai target harga ke-2 di 970.
  3. Saham naik sampai target harga ke-2 di 970.
Apa langkah yang harus anda lakukan dari masing-masing kemungkinan ini? Mari kita telaah satu-per-satu.


1. Saham turun sampai harga cut-loss

Kalau dalam 20 hari ke depan harga saham WSKT  sempat turun sampai harga cut-loss di 800, langkah anda sangat jelas: anda harus langsung cut-loss.

Cut-loss di harga 800 yang merupakan harga modal berarti anda impas.

Karena sebelumnya anda sudah menjual SETENGAH saham dengan keuntungan Rp 2 juta, total keuntungan anda adalah:

Rp 2 juta + 0 = Rp 2 juta.


2. Saham turun tidak sampai harga cut-loss tapi juga naik tidak sampai target harga jual

Kalau kondisi ini yang terjadi, anda harus jual saham WSKT di hari ke-20. Jadi di sini anda menjual bukan berdasarkan target harga tetapi berdasarkan target waktu (deadline). Jadi, berapapun harga WSKT di hari ke-20, anda jual.

Misalkan pada hari ke-20 anda menjual WSKT di harga Rp 900.

Keuntungan yang anda dapat:

50 lot x 500 lembar/lot x (Rp 900 - Rp 800) = Rp 2,5 juta.

Karena sebelumnya anda sudah menjual SETENGAH saham dengan keuntungan Rp 2 juta, total keuntungan anda adalah:

Rp 2 juta + Rp 2,5 juta = Rp 4,5 juta.


3. Saham naik sampai target harga ke-2

Kalau dalam kurun waktu sebelum 20 hari trading saham WSKT menyentuh harga target ke-2 di 970, apa yang harus anda lakukan?

Mudah toh bung Iyan, kata anda. Karena mencapai target harga jual, berarti kita jual di 970.

Bagaimana kalau setelah anda jual, saham WSKT masih naik? Kalau ini terjadi, artinya anda tidak menjual WSKT dengan profit maksimal.

Oh iya ya, kata anda sambil menggaruk kepala anda yang tidak gatal. Terus harusnya gimana?

Nah, di sini anda harus kembali melaksanakan konsep dasar TRAILING STOP.

Anda masih ingat definisi TRAILING STOP di pos sebelumnya? Saya ulangi lagi di sini:
Trailing Stop pada posisi long (membeli) adalah titik cut-loss yang dinaikkan dari titik cut-loss sebelumnya.

Jadi, target harga di Trading Plan terakhir bukan target harga untuk menjual saham. Fungsi target harga tersebut adalah untuk menentukan apakah anda harus menaikkan titik cut-loss sebelumnya ke titik cut-loss yang lebih tinggi lagi.

(Kalau anda membaca dengan seksama, di atas saya selalu menulis target harga bukan target harga jual.)

Apa artinya?

Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal (Bagian IV)."







 

Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.] 

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

    Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

    Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad