Skip to main content

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 6

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5." 

(Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1.")  


Karena cenut-cenut kepala anda sudah berkurang, mari kita membahas apa yang perlu anda perhatikan dari harga Close vs. High dan harga Close vs. Low.


III. Close Hari Ini vs. High Hari Ini 
& IV. Close Hari Ini vs. Low Hari Ini

Yang perlu anda perhatikan dari Close hari ini vs. High dan Low adalah apakah Close lebih dekat ke High atau lebih dekat ke Low.

Kalau harga saham Close (relatif) dekat dengan High, saham tersebut (relatif) Bullish. Semakin dekat Close dengan High, semakin Bullish.

Tabel 1. Mei 2009 ANTM Close Dekat High


Kalau harga saham Close (relatif) dekat dengah Low, saham tersebut (relatif) Bearish. Semakin dekat Close dengan Low, semakin Bearish.

Tabel 2. Februari 2009 BBRI Close Dekat Low


Pernyataan di atas cukup jelas.

Kalau pernyataan di atas kita telusuri lebih detil, kita dapat mengambil kesimpulan lebih lanjut:

Karena kalau Close semakin dekat dengan High berarti (relatif) semakin Bullish, kondisi (relatif) paling Bullish adalah bila Close di High (Close = High).

Begitu juga kebalikannya.

Karena kalau semakin dekat Close dengan Low berarti (relatif) semakin Bearish, kondisi (relatif) paling Bearish adalah bila Close di Low (Close = Low).

Sampai di sini cukup jelas?

Nah, sebelum anda serta-merta membeli saham berdasarkan pernyataan di atas, saya perlu mengulang peringatan yang saya berikan di awal seri ini.


PERINGATAN! WARNING:
Jangan langsung melakukan aksi jual-beli saham berdasarkan apa yang anda baca di seri "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula" ini. Analisa teknikal yang anda pelajari di sini masih terlalu minim untuk dipakai sebagai dasar jual-beli saham. 



Untuk meyakinkan anda bahwa anda perlu tahu faktor dan konsep lainnya sebelum bisa membuat keputusan jual-beli saham terpelajar, saya akan memberikan dua contoh.

Di atas saya menyatakan bahwa jarak antara Close dengan High/Low menunjukkan seberapa Bullish/Bearish suatu saham. Tapi, ada faktor lain yang lebih dominan. Faktor tersebut adalah RENTANG/JARAK antara harga High dan harga Low.

Contoh yang sederhana akan membantu anda memahami jelas pernyataan tersebut. Katakan saham A dan saham B sama-sama Close di High dengan data di bawah ini:

Tabel 3. Saham A dan B Close Di High, Rentang High/Low Berbeda

Karena saham A dan B sama-sama Close di High, kedua saham tersebut sama-sama Bullish. Tapi level Bullish-nya tidak sama. Mengapa? Karena rentang harga High/Low kedua saham tersebut berbeda.

Kalau begitu, tanya anda, saham mana yang lebih Bullish?

Jawab: saham B.

Mengapa?

Karena rentang High/Low saham B adalah Rp 200 sedangkan rentang High/Low saham A hanya Rp 40.

Jadi, karena kedua saham tersebut sama-sama Close di High, anda harus memperhatikan rentang harga High/Low untuk menentukan level (relatif) Bullish saham-saham tersebut.

Dengan demikian, pernyataan tentang hubungan Close vs. High/Low yang lebih lengkap adalah:

Semakin besar rentang antara High dan Low, Close yang semakin dekat dengan High menandakan saham tersebut (relatif) semakin Bullish.

Semakin besar rentang antara High dan Low, Close yang semakin dekat dengan Low menandakan saham tersebut (relatif) semakin Bearish.

Kepala anda mulai cenut-cenut lagi? Tahan, tahan. Pembahasan kita hampir selesai.

Di atas saya menyatakan juga bahwa faktor rentang High/Low lebih dominan. Tahukah anda mengapa?

Mari kita lihat tabel di bawah ini. 

Tabel 4. Saham A, B, C High Sama; A, B Close Di High, C Tidak

Saham A dan saham B Close di High, tapi B (relatif) lebih Bullish karena rentang High/Low B lebih besar.

Saham B juga (relatif) lebih Bullish dari saham C karena rentang High/Low-nya sama, tapi B Close di High, C tidak. 

Bagaiman dengan A dibanding C?

Saham A Close di High dengan rentang High/Low Rp 40; saham C Close dekattapi bukan diHigh dengan rentang High/Low Rp 200. Mana yang (relatif) lebih Bullish?

Karena saya katakan di atas bahwa faktor rentang harga lebih dominan dalam menentukan level Bullish/Bearish, kesimpulan yang lebih tepat adalah saham C (relatif) lebih Bullish daripada A.

(Mengapa rentang High/Low lebih dominan daripada jarak Close ke High/Low akan saya bahas di pos tersendiri. Kalau saya bahas di sini, saya khawatir cenut-cenut di kepala anda akan menjadi cenaT-cenET-ceNIT-cENOT-CENUT.)

Silahkan anda cerna dulu pernyataan-pernyataan di atas.

Seri "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula" hampir tamat. Di pos berikut saya akan membahas harga Open vs. High/Low. Untuk lanjut baca silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 7." [belum terbit. mohon berkunjung kembali.]
 






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad