Anda sedang belajar Analisa Fundamental?
Belajar Analisa Fundamental artinya anda sudah mulai membaca laporan keuangan perusahaan. Artinya anda juga mulai belajar Earning Per Share (EPS) (silahkan baca pos "Arti Istilah Earning Per Share"), Price-to-Earnings-Ratio (PER) (silahkan baca pos "Arti Istilah Price-to-Earnings-Ratio"), Price-to-Book Value (PBV), Debt-to-Equity-Ratio, dan indikator-indikator fundamental lainnya.
Stop!
Sebelum anda mendalami Analisa Fundamental lebih lanjut, sudah tahukah anda apa tujuan menghitung dan membandingkan indikator-indikator tersebut? Dengan kata lain, apa sebenarnya inti dari Analisa Fundamental?
Belum tahu?
Kebetulan. Di pos ini saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
"Apa gunanya tahu inti dari Analisa Fundamental?" mungkin begitu gumam anda dalam hati.
Ada, sedikit-dikitnya, 2 alasan:
Prinsip Dasar/Inti Analisa Fundamental
Apa sebenarnya prinsip dasar dari Analisa Fundamental? Tanpa bertele-tele, inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham murah.
Lebih tepatnya:
Yang harus anda camkan di sini adalah bagian kalimat "yang nilainya (relatif) murah."
Mengapa?
Karena saham yang nilainya murah tidak sama dengan saham yang harga Rupiahnya murah. Dengan kata lain, saham Rp 50 belum tentu lebih murah dari saham seharga Rp 20.000.
Karena murah mahalnya suatu saham tidak tercermin dari harga Rupiah saham tersebut, maka dari itu anda butuh Analisa Fundamental. Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan saham berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih murah.
Nah, dengan tujuan mencari saham yang nilainya murah inilah anda menghitung PER atau PBV atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset atau Debt-Equity-Ratio atau indikator-indikator lainnya.
Berbekal, misalkan, PER sekelompok saham yang anda perhatikan, anda bisa mulai membandingkan PER saham tersebut satu dengan yang lain untuk mencari saham yang�secara PER�nilainya paling murah.
Itu saja.
Itulah prinsip dasar dari Analisa Fundamental.
Tapi prinsip yang sederhana dari Analisa Fundamental ini tidak berarti penerapannya juga sederhana.
Mencari saham yang "nilainya" murah bukanlah pekerjaan mudah. Anda perlu meneliti dengan seksama laporan keuangan perusahaan, dan hal ini menyita waktu dan perlu usaha keras. Anda mungkin perlu juga membandingkan indikator kualitatif yang tidak mudah diterjemahkan menjadi angka. Lagipula, sesuatu yang murah menurut analisa anda belum tentu murah menurut analis-analis yang menulis di surat-kabar atau muncul di TV atau radio.
Memang, Peter Lynch (dan juga saya) menyarankan anda untuk tidak langsung percaya analis-analis saham (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street'"). Tapi kalau anda seorang pemula, seberapa yakin anda bahwa analisa anda lebih baik dari analisa pengamat saham yang sudah berpengalaman?
Satu hal lagi yang paling penting: Kalaupun anda berhasil menemukan saham yang nilainya (relatif) murah, tidak berarti saham tersebut pasti memberi anda untung.
Bahwa menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang sukar akan saya bahas pada pos tersendiri. Pesan utama pos ini adalah bahwa inti dari Analisa Fundamental adalah mencari saham yang nilainya (relatif) murah.
Mengapa Analisa Fundamental Populer
Di pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" saya menulis bahwa ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa mendapatkan sesuatu dengan harga semurah mungkin adalah keinginan semua manusia.
Jadi, tidaklah mengherankan kalau investor saham menerapkan prinsip di atas dalam membeli saham: cari saham yang (relatif) murah.
Nah, prinsip dasar Analisa Fundamental untuk mencari saham yang murah cocok dengan sifat manusia yang ingin mendapatkan barang murah. Tidak heran kalau analisa ini adalah analisa yang paling populer di kalangan investor saham.
(Perlu saya ingatkan bahwa "paling populer" tidak berarti paling cocok untuk anda.)
Anda sudah tahu apa yang dicari Analisa Fundamental. Anda juga sudah tahu mengapa Analisa Fundamental populer. Nah, segera lanjutkan mendalami Analisa Fundamental!
[Catatan:
Bung Willy, top komentator di blog ini yang nge-blog di Billy the Pip, tidak sepakat dengan pernyataan saya tentang inti Analisa Fundamental (silahkan baca komentar-komentar di bawah). Menurut bung Willy:
Inti dari Analisa Fundamental modern adalah membeli saham bagus yang relatif murah.
Definisi bung Willy sangat baik. Tapi, ada beberapa alasan mengapa saya tidak mencantumkan kata "bagus."
Pertama, bagus-jelek sifatnya subjektif.
Kedua, bagian kalimat "nilainya (relatif) murah" bermakna bahwa tujuan Analisa Fundamental bukanlah mencari saham murah semurah-murahnya, tapi saham yang DALAM ASPEK TERTENTU (ini yang saya maksud dengan "nilai") RELATIF MURAH terhadap saham lain .
Kalau aspek yang anda pakai adalah "bagus," berarti saham yang anda cari adalah saham "bagus" yang relatif murah. Kalau aspek yang anda pakai adalah "growth" (perkembangan), berarti saham yang anda cari adalah saham "growth" yang relatif murah.
Kalau anda telusuri dengan teliti, kata kunci pada setiap Analisa Fundamental adalah "murah."
Ketiga, ketika membuat definisi, saya berusaha agar definisi tersebut seglobal mungkin. Definisi yang saya kemukakan mencakup Analisa Fundamental klasik (kuno) dan Analisa Fundamental modern.
Maka dari itu saya tetap teguh bahwa:
Inti dari Analisa Fundamental (klasik ataupun modern ataupun lainnya) adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.
Terima kasih bung Willy sudah membantu saya memperjelas isi pos ini.]
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini �2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Belajar Analisa Fundamental artinya anda sudah mulai membaca laporan keuangan perusahaan. Artinya anda juga mulai belajar Earning Per Share (EPS) (silahkan baca pos "Arti Istilah Earning Per Share"), Price-to-Earnings-Ratio (PER) (silahkan baca pos "Arti Istilah Price-to-Earnings-Ratio"), Price-to-Book Value (PBV), Debt-to-Equity-Ratio, dan indikator-indikator fundamental lainnya.
Stop!
Sebelum anda mendalami Analisa Fundamental lebih lanjut, sudah tahukah anda apa tujuan menghitung dan membandingkan indikator-indikator tersebut? Dengan kata lain, apa sebenarnya inti dari Analisa Fundamental?
Belum tahu?
Kebetulan. Di pos ini saya akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.
"Apa gunanya tahu inti dari Analisa Fundamental?" mungkin begitu gumam anda dalam hati.
Ada, sedikit-dikitnya, 2 alasan:
- Kalau anda tahu apa yang anda cari, anda akan lebih mudah menemukan hal yang anda cari tersebut.
- Berbekal pengetahuan prinsip dasar/inti Analisa Fundamental anda akan mengerti mengapa Analisa Fundamental begitu populer, jauh lebih populer dari Analisa Teknikal ataupun analisa-analisa jenis lainnya.
Prinsip Dasar/Inti Analisa Fundamental
Apa sebenarnya prinsip dasar dari Analisa Fundamental? Tanpa bertele-tele, inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham murah.
Lebih tepatnya:
Inti dari Analisa Fundamental adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.
Yang harus anda camkan di sini adalah bagian kalimat "yang nilainya (relatif) murah."
Mengapa?
Karena saham yang nilainya murah tidak sama dengan saham yang harga Rupiahnya murah. Dengan kata lain, saham Rp 50 belum tentu lebih murah dari saham seharga Rp 20.000.
Karena murah mahalnya suatu saham tidak tercermin dari harga Rupiah saham tersebut, maka dari itu anda butuh Analisa Fundamental. Fungsi dari Analisa Fundamental adalah membandingkan saham berdasarkan indikator tertentu yang sejenis untuk mencari saham yang nilainya lebih murah.
Nah, dengan tujuan mencari saham yang nilainya murah inilah anda menghitung PER atau PBV atau Price-to-CashFlow atau Price-to-Sales atau Price-to-Asset atau Debt-Equity-Ratio atau indikator-indikator lainnya.
Berbekal, misalkan, PER sekelompok saham yang anda perhatikan, anda bisa mulai membandingkan PER saham tersebut satu dengan yang lain untuk mencari saham yang�secara PER�nilainya paling murah.
Itu saja.
Itulah prinsip dasar dari Analisa Fundamental.
Tapi prinsip yang sederhana dari Analisa Fundamental ini tidak berarti penerapannya juga sederhana.
Mencari saham yang "nilainya" murah bukanlah pekerjaan mudah. Anda perlu meneliti dengan seksama laporan keuangan perusahaan, dan hal ini menyita waktu dan perlu usaha keras. Anda mungkin perlu juga membandingkan indikator kualitatif yang tidak mudah diterjemahkan menjadi angka. Lagipula, sesuatu yang murah menurut analisa anda belum tentu murah menurut analis-analis yang menulis di surat-kabar atau muncul di TV atau radio.
Memang, Peter Lynch (dan juga saya) menyarankan anda untuk tidak langsung percaya analis-analis saham (Silahkan baca pos "Mau Investasi Saham? Baca Dulu Buku Peter Lynch 'One Up on Wall Street'"). Tapi kalau anda seorang pemula, seberapa yakin anda bahwa analisa anda lebih baik dari analisa pengamat saham yang sudah berpengalaman?
Satu hal lagi yang paling penting: Kalaupun anda berhasil menemukan saham yang nilainya (relatif) murah, tidak berarti saham tersebut pasti memberi anda untung.
Bahwa menerapkan Analisa Fundamental untuk mencari saham "murah" adalah pekerjaan yang sukar akan saya bahas pada pos tersendiri. Pesan utama pos ini adalah bahwa inti dari Analisa Fundamental adalah mencari saham yang nilainya (relatif) murah.
Mengapa Analisa Fundamental Populer
Di pos "Saham Yang Layak Dibeli Menurut Analisa Teknikal" saya menulis bahwa ketika anda "shopping" apa yang anda cari? Anda mencari "good deal"; anda mencari diskon; anda mencari produk yang sedang promosi beli satu gratis satu. Intinya, ketika berbelanja anda berusaha mencari produk yang harganya lebih murah dari biasanya. Makin murah makin baik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa mendapatkan sesuatu dengan harga semurah mungkin adalah keinginan semua manusia.
Jadi, tidaklah mengherankan kalau investor saham menerapkan prinsip di atas dalam membeli saham: cari saham yang (relatif) murah.
Nah, prinsip dasar Analisa Fundamental untuk mencari saham yang murah cocok dengan sifat manusia yang ingin mendapatkan barang murah. Tidak heran kalau analisa ini adalah analisa yang paling populer di kalangan investor saham.
(Perlu saya ingatkan bahwa "paling populer" tidak berarti paling cocok untuk anda.)
Anda sudah tahu apa yang dicari Analisa Fundamental. Anda juga sudah tahu mengapa Analisa Fundamental populer. Nah, segera lanjutkan mendalami Analisa Fundamental!
[Catatan:
Bung Willy, top komentator di blog ini yang nge-blog di Billy the Pip, tidak sepakat dengan pernyataan saya tentang inti Analisa Fundamental (silahkan baca komentar-komentar di bawah). Menurut bung Willy:
Inti dari Analisa Fundamental modern adalah membeli saham bagus yang relatif murah.
Definisi bung Willy sangat baik. Tapi, ada beberapa alasan mengapa saya tidak mencantumkan kata "bagus."
Pertama, bagus-jelek sifatnya subjektif.
Kedua, bagian kalimat "nilainya (relatif) murah" bermakna bahwa tujuan Analisa Fundamental bukanlah mencari saham murah semurah-murahnya, tapi saham yang DALAM ASPEK TERTENTU (ini yang saya maksud dengan "nilai") RELATIF MURAH terhadap saham lain .
Kalau aspek yang anda pakai adalah "bagus," berarti saham yang anda cari adalah saham "bagus" yang relatif murah. Kalau aspek yang anda pakai adalah "growth" (perkembangan), berarti saham yang anda cari adalah saham "growth" yang relatif murah.
Kalau anda telusuri dengan teliti, kata kunci pada setiap Analisa Fundamental adalah "murah."
Ketiga, ketika membuat definisi, saya berusaha agar definisi tersebut seglobal mungkin. Definisi yang saya kemukakan mencakup Analisa Fundamental klasik (kuno) dan Analisa Fundamental modern.
Maka dari itu saya tetap teguh bahwa:
Inti dari Analisa Fundamental (klasik ataupun modern ataupun lainnya) adalah membeli saham yang nilainya (relatif) murah.
Terima kasih bung Willy sudah membantu saya memperjelas isi pos ini.]
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini �2013 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]
Comments
Post a Comment