Skip to main content

Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 1)

Anda sudah tahu arti Price-to-Earnings Ratio (biasa disingkat PE Ratio atau PER)? Anda sudah tahu juga cara menghitung PER? (Kalau anda belum tahu, silahkan baca dulu pos "Arti Istilah 'Price-to-Earnings Ratio'".)

Berbekal pengetahuan di atas, mungkin anda bersemangat untuk mulai menganalisa saham berdasarkan PER. Sebelum mulai, anda perlu tahu bahwa PER yang anda lihat di penyedia-data (surat-kabar, situs online, dll) yang satu belum tentu sama dengan PER di penyedia-data yang lain.

Kok bisa tidak sama? Bukankah data saham seharusnya sama?

Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, anda perlu tahu dulu bahwa Price-to-Earnings Ratio itu terbagi atas 2 macam: Trailing PER dan Forward PER.

Apa bedanya?

Mari kita bahas bersama.


Price-to-Earnings Ratio (PER)

Anda masih ingat rumus menghitung PER?

Price-to-Earnings Ratio (PER) = Harga Saham/Laba Per Saham

Pada rumus di atas, data Harga Saham yang umum dipakai adalah harga saham terkini. 

(Kalau anda ingin tahu PER saham pada tanggal tertentu, data Harga Saham yang dipakai adalah harga saham pada tanggal tersebut.)

Bagaimana dengan data Laba Per Saham? Nah, data Laba Per Saham inilah yang membedakan Trailing PER dan Forward PER.


Trailing PE Ratio

Laba Per Saham yang dipakai untuk menghitung Trailing PER adalah data laba per saham terakhir yang dipublikasikan perusahaan. Dengan kata lain, data Laba Per Saham yang dipakai adalah fakta, hal yang SUDAH terealisasi, yang sudah terjadi di masa lalu, yang sudah (bisa) diketahui oleh khalayak ramai.

Bagaimana dengan Forward PER?


Forward PE Ratio

Laba Per Saham yang dipakai untuk menghitung Forward PER adalah data laba per saham di masa yang akan datang.

Lho? mata anda membelalak. Masa datang kan belum terjadi, kok bisa ada data laba?

Pertanyaan yang cerdas.

Anda benar bahwa masa datang belum terjadi; karena itu data laba per saham di masa depan ini tidak mungkin berdasarkan fakta. Artinya? Data laba di masa datang yang dipakai untuk menghitung Forwar PER ini adalah PREDIKSI analis fundamental saham.

Prediksi. Alias forecast. Alias perkiraan. Alias ramalan. Alias tebakan.

Mengapa para analis saham berusaha memprediksi laba di masa yang akan datang?

Tentang hal ini, anda perlu ingat bahwa pemain saham selalu melihat ke masa yang akan datang. Data yang sudah dipublikasikan adalah berita basi karena hal yang sudah terjadi dan diketahui pasarbiasanyatidak menggerakkan harga saham. Yang biasanya menggerakkan harga saham adalah prospek di masa yang akan datang.

Lho?

Akan lebih jelas kalau anda membaca contoh berikut:

Misalkan di awal tahun 2014 Kalbe Farma mempublikasikan data laba Rp 200 per saham di laporan keuangan tahun 2013. Setelah data ini diketahui umum, para pemain saham ingin tahu apakah laba perusahaan tahun 2014 (dan di masa-masa yang akan datang) akan meningkat atau menurun.

Kalau laba akan meningkat, berarti harga saham pada saat ini relatif murah dibanding prospek masa datang. Artinya: saham patut dibeli. Kalau laba akan menurun, berarti harga saham saat ini relatif mahal dibanding prospek masa datang. Artinya: saham patut dijual.

Pertanyaannya: Bagaimana cara mendapatkan angka laba di masa datang? Satu-satunya cara adalah dengan memprediksi, dengan menebak.

Nah, kalau anda bisa memprediksi secara terpelajar dengan tepat laba perusahaan di masa datang, anda bisa membeli/menjual saham di harga sekarang untuk prospek di masa datang.

Tidak heran kalau para analis fundamental saham berlomba-lomba menebak laba perusahaan di masa datang. 

Tentu saja tidak asal-asalan menebak; menebaknya harus secara terpelajar ("educated guess") dengan menggunakan data yang tersedia. Tapi yang namanya nebakwalaupun secara terpelajar sekalipun�berarti bisa (sering) salah. (Silahkan baca juga pos "Valuasi Indeks Saham Indonesia Terlalu Tinggi?")

Sekarang anda sudah tahu perbedaan Trailing PER dan Forward PER. Sudahkah saatnya anda mulai menganalisa saham berdasarkan PER?

Belum.

Masih ada hal lain yang perlu anda ketahui tentang PER. Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Price-to-Earnings Ratio: Trailing & Forward (Bagian 2)."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2014 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

    Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

    Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad