Skip to main content

Karakteristik Trading Plan yang Menguntungkan, Bagian 1

John J. Murphy di buku Technical Analysis of the Financial Market menulis bahwa pada tahun 1970 Dunn & Hargitt's Financial Services membandingkan sistem trading (trading plan) dari sejumlah Commodity Trading Advisors (CTA) ternama.

Riset tersebut menyimpulkan bahwa sistem trading yang paling menguntungkan (di antara semua sistem-sistem yang dibandingkan) adalah sistem buatan Richard Donchian yang ia namakan 4 Week Rule (Aturan 4 Minggu).

Sistem trading (trading plan) 4-Week Rule bunyinya:

1. Cover short positions and buy long whenever the price exceeds the highs of the four preceding full calendar weeks.

2. Liquidate long positions and sell short whenever the price falls below the lows of the four preceding full calendar weeks.

Dalam bahasa Indonesia:

1. Tutup posisi short dan beli long ketika harga naik menembus  harga tertinggi 4 minggu penuh terakhir.

2. Tutup posisi long dan jual short ketika harga turun di bawah harga terendah 4 minggu penuh terakhir.


[Catatan: posisi long berarti memiliki komoditas/saham; posisi short berarti berhutang komoditas/saham. Jadi, jual short 100 lembar saham berarti menjual 100 lembar saham yang tidak anda miliki dengan cara meminjam dari broker. Saham pinjaman tersebut, suatu saat harus dikembalikan (ditutup) dengan cara membeli balik saham tersebut.]

Perhatikan bahwa 4 Week Rule ini adalah sistem yang berkesinambungan. Artinya, sistem ini SELALU ada posisi di market: kalau tidak long, ya short; kalau tidak short, ya long.

Sistem berkesinambungan ini ada "kelemahannya": saat harga sedang trend naik (atau turun), sistem ini akan memberikan untung yang besar; tapi saat harga sedang trendless (naik-turun dalam kisaran sempit), sistem ini akan merugi. 

(Jika anda belum tahu arti istilah trendless, silahkan baca pos "Arti Istilah Saham Trending Trendless.")

Mengapa hal tersebut adalah "kelemahan"?

Karena kondisi trendless relatif lebih sering terjadi (kurang lebih 70%) dibandingkan kondisi trending naik atau turun (30%), berarti trading plan ini LEBIH SERING RUGI daripada untung.

Tapi walaupun FREKUENSI RUGI LEBIH SERING, 4 Week Rule tetap memberikan profit dan terbukti lebih menguntungkan dibandingkan sistem-sistem trading lain yang lebih rumit.

Kok bisa begitu?

Karena walaupun LEBIH SERING RUGI, ruginya relatif kecil dibanding untungnya. Dengan kata lain, walaupun lebih jarang untung, kerugian-kerugian yang lebih sering terjadi bisa ditutupi keuntungan yang jarang ini. Hebatnya, keuntungan ini masih lebih besar dibandingkan sistem trading lain.

"Wow," anda bersorak dalam hati. "Kalau gitu, saya mau deh memakai 4 Week Rule ini sebagai trading plan main saham saya."

Boleh-boleh saja. Tapi anda tidak bisa serta-merta menerapkan 4 Week Rule ini apa adanya.

Kenapa?

Trading plan 4 Week Rule ini digunakan Richard Donchian untuk trading komoditas di mana menjual short sama mudahnya dengan membeli long. Karena menjual short (hampir) tidak bisa dilakukan di bursa saham Indonesia, trading plan 4 Week Rule di atas SULIT kita terapkan di bursa kita.

Lho? Terus gimana dong?

Artinya, untuk menerapkan trading plan 4 Week Rule anda harus memodifikasi dan menyesuaikannya untuk pasar saham Indonesia.

Caranya?

Sabar dong. Nanti akan saya jelaskan.

Tapi sebelum mencoba menyesuaikan 4 Week Rule untuk trading saham Indonesia, anda harus terlebih dulu memahami karakteristik/ciri-ciri penting dari trading plan ini.

Apa saja karakteristik penting dari 4 Week Rule Richard Donchian?


1. Sederhana

Coba anda baca ulang bunyi dari 4 Week Rule dan resapi.

Sudah?

Untuk menerapkan 4 Week Rule anda tidak perlu tahu analisa fundamental.

Dengan kata lain, anda tidak perlu tahu Earnings, Earnings Per Share, Price-to-Earnings Ratio, Book Value, Price to Book Value, Assets, Liabilities, Growth Rate. Anda juga tidak perlu mempelajari laporan keuangan perusahan, tidak perlu mengikuti berita perusahaan, tidak perlu tahu apakah valuasi saham mahal atau murah.

Penerapan 4 Week Rule juga tidak perlu pengetahuan analisa teknikal.

Dengan kata lain, anda tidak perlu tahu Support/Resistance, tidak perlu tahu pola-pola grafik seperti Head-and-Shoulder, Double Top, Triple Top, Cup with Handle.

Anda juga tidak perlu tahu indikator umum seperti Moving Average, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), Stochastics, Bollinger Bands, Parabolic SAR (Stop and Reverse), Fibonacci, Candlestick, Elliot Wave Theory, Elder Ray, Market Profile, apalagi indikator-indikator lain yang lebih rumit.

Anda bahkan tidak perlu tahu VOLUME transaksi.

(Silahkan baca pos "Analisa Volume Transaksi Saham Untuk Pemula. Perlukah?")

Jadi, apa yang perlu diketahui untuk menerapkan 4 Week Rule?

Satu-satunya hal yang perlu anda ketahui hanyalah HARGA.

HARGA dan hanya HARGA.

(Silahkan baca juga pos "Analisa Teknikal Saham untuk Pemula.")
 

2. Tidak perlu data dalam jumlah banyak

Selain membutuhkan HANYA data harga, 4 Week Rule ini tidak perlu data harga dalam jumlah banyak: data harga yang diperlukan HANYA data 4 minggu terakhir.

(Baca juga pos "Banyak Data = Pasti Untung?")


Kedua karakteristik di atas sangat penting dipahami karena banyak pemain saham�terutama pemain saham pemula dan juga menengah�yang beranggapan bahwa trading plan harus menggunakan indikator serumit mungkin dan data sebanyak mungkin.

Mereka menganggap bahwa kalau memakai 1 indikator belum bisa untung, berarti harus memakai 10 indikator; kalau memakai indikator yang sederhana belum bisa untung, berarti harus memakai indikator yang rumit.

Mereka juga menganggap bahwa kalau memakai data harga 1 bulan terakhir belum bisa untung, berarti harus memakai data 1oo tahun terakhir; kalau memakai hanya data harga belum bisa untung, berarti harus menambah data volume.

Intinya: banyak pemain saham beranggapan bahwa semakin rumit suatu trading plan berarti semakin bagus dan semakin menguntungkan.

Nah, trading plan 4 Week Rule ini membuktikan sebaliknya: trading plan yang sederhana ini justru lebih menguntungkan dibandingkan trading plan yang lebih rumit.

Jadi kalau trading plan anda rumit tapi hasilnya tidak memuaskan, saatnya anda meninjau ulang trading plan tersebut.

INGAT: rumit tidak identik dengan untung.


Sekarang anda sudah tahu 2 ciri-ciri penting dari 4 Week Rule. Apakah masih ada karakteristik/ciri-ciri penting lainnya dari 4 Week Rule ini? Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Karakteristik Trading Plan Yang Menguntungkan, Bagian 2."






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

    Comments

    Popular posts from this blog

    Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

    Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

    Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

    Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

    Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

    Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad