Skip to main content

Cara Terbaik Belajar Main Saham

Bagaimana cara terbaik belajar main (trading/investasi) saham? 

Apakah harus kuliah di universitas? Atau harus ikut training/pelatihan/seminar tentang trading/investasi saham? 

Figure 1. Cover Buku Stephen King "On Writing"

Stephen King menulis di buku On Writing:

You don't need writing classes or seminars any more than you need this or any other book on writing. . .
You learn best by reading a lot and writing a lot, and the most valuables lessons of all are the ones you teach yourself.

Terjemahannya kira-kira begini:
Anda tidak perlu ikut kelas atau seminar menulis seperti juga anda tidak perlu buku ini ataupun buku lain tentang menulis. . .
Anda belajar terbaik dengan banyak membaca dan banyak menulis, dan pelajaran paling berharga adalah pelajaran yang anda ajarkan pada diri sendiri.

"Tapi bung Iyan," celetuk anda. "Emangnya apa sih hubungan menulis dengan main saham?"

Tidak ada hubungan langsung antara menulis dengan main saham.

Tapi ada hubungan langsung antara cara belajar menulis dan cara belajar main saham.

Kok bisa?

Kalau anda menggantikan kata "menulis" dengan "main saham", nasehat Stephen King menjadi sangat relevan untuk belajar saham:

Anda tidak perlu ikut kelas atau seminar main saham seperti juga anda tidak perlu buku ini atau buku lainnya tentang main saham. . .
Anda belajar terbaik dengan banyak membaca dan banyak main saham, dan pelajaran paling berharga adalah pelajaran yang anda ajarkan pada diri sendiri.

Saya sangat setuju dengan wejangan Stephen King.

Nah, sebelum memulai main saham, anda perlu banyak membaca buku-buku tentang trading saham ataupun investasi saham yang ditulis pemain saham berpengalaman. Cari dan belajarlah dari buku yang membahas pengalaman, cara analisa, strategi, psikologi, logika, konsep, suka-duka bermain saham.

Hindari buku-buku yang ditulis orang yang pengalamannya KURANG dari 10 tahun.  Sedapat mungkin, hindari buku-buku yang judulnya bombastis (Cara Mudah Kaya dari Saham, Kaya dari Saham Hanya dengan Analisa 30 Menit, dan sejenisnya).

Hindari juga buku-buku yang yang isinya penuh janji surga, hanya bicara yang manis-manis, dan tidak memaparkan resiko yang akan anda hadapi saat bermain saham. Buku-buku seperti ini, biasanya, hanyalah kamuflase untuk menjual seminar, software, atau trading system.

"Jadi, bung Iyan," kata anda, "buku apa saja yang perlu saya baca?"

Daftar buku-buku saham yang bagus bisa anda lihat di halaman "Buku."

Nah, membaca buku-buku berkualitas bagus akan membuat anda tahu cara benar bermain saham.

Tapi . . .

Belajar main saham adalah seperti belajar menulis atau belajar melukis. Atau belajar main bulutangkis. Atau belajar main piano.

Anda tidak akan bisa main piano hanya dengan membaca buku cara main piano. Anda juga tidak akan bisa main piano hanya dengan kuliah di fakultas musik atau ikut pelatihan/seminar/workshop tentang cara bermain piano.

Satu-satunya cara agar anda bisa main piano dengan baik adalah dengan duduk di depan piano dan berlatih memainkan piano tersebut. Berjam-jam, berhari-hari, bertahun-tahun.

Begitu juga dengan main saham.

Anda tidak akan bisa main saham hanya dengan membaca buku cara main saham. Anda juga tidak akan bisa main saham hanya dengan kuliah di fakultas saham atau ikut pelatihan/seminar/workshop tentang bermain saham.

Satu-satunya cara agar anda bisa main saham dengan baik adalah dengan berlatih membeli dan menjual saham. Berkali-kali, berhari-hari, bertahun-tahun.

Tapi berbeda dengan berlatih piano, berlatih membeli dan menjual saham ada resiko ruginya. Dan kerugian ini bisa berjumlah besar dan terjadi dalam waktu yang singkat.

Kalau anda merugi besar berkali-kali, modal anda akan ludes. Kalau modal ludes, anda tidak bisa lagi berlatih membeli dan menjual saham.

Jadi, saat mulai belajar main saham, hal terpenting yang harus anda camkan adalah agar modal anda tidak habis dalam waktu singkat.

Dengan kata lain, anda sendirilah yang HARUS mempertahankan modal selama mungkin sehingga anda bisa terus berlatih membeli dan menjual saham.

Perlu anda ketahui bahwa saat mulai belajar main saham, anda (hampir) PASTI akan merugi.

(Mungkin anda bisa untung untuk beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun. Tapi suatu saat anda akan merugi. Dan kerugian ini hampir pasti lebih besar dari SEMUA keuntungan yang telah anda peroleh.)

Nah, yang membedakan apakah anda bisa naik kelas menjadi pemain saham berpengalaman adalah apakah anda keukeh terus belajar walaupun didera kerugian.

Anda bisa keukeh terus belajar membeli dan menjual saham kalau anda merugi tidak lebih dari 20% per tahun untuk beberapa tahun pertama. Tapi kalau kerugian anda mendekati 100% dari modal (atau bahkan lebih karena menggunakan fasilitas pinjaman/margin), mau-tidak-mau suka-tidak-suka harus berhenti membeli dan menjual saham.

Tambahan lagi, kerugian yang besar akan sangat menyiksa secara psikologis. Jadi, walaupun bisa mendapatkan suntikan modal baru, kemungkinan besar anda sudah kapok bermain saham.

"I see, I see," kata anda sambil menganguk-anggukan kepala. "So, bung Iyan, bagaimana caranya mempertahankan modal selama mungkin?"

Ingin tahu jawabannya? Silahkan baca pos "Beli Saham. Jual Untung/Cut-Loss. Ulangi."






   
Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad