Skip to main content

Tahap-tahap Belajar Main Saham

Di pos "Cara Terbaik Belajar Main Saham" saya menulis bahwa pemula yang ingin mendapat untung dari saham harus bermain saham (jual-beli) berkali-kali, berhari-hari, bertahun-tahun.

Mengapa harus sampai bertahun-tahun?

Karena untuk bisa mendapat untung secara konsisten, seorang pemula harus melewati proses pembelajaran main saham selama beberapa fase/tahap. Dan setiap fase itu bisa memakan waktu berbulan-bulan, bahkan sampai beberapa tahun.

Fase-fase apa saja yang harus dilalui?

Di buku Mastering the Trade, John Carter menulis bahwa ada 5 fase yang biasanya dilalui pemain saham.

Figure 1. Sampul Buku John F. Carter "Mastering the Trade"

Fase 1: Destined to losesix months to a year. Ditakdirkan untuk rugi�enam bulan sampai setahun.

Fase 2: Fear-based tradingtwo to six months. Trading saham berdasarkan rasa takut�dua sampai enam bulan.

Fase 3: Search for the Holy Grailsix months to death. Mencari cara main saham (analisa atau indikator atau trading plan, dll) paling mujarab�enam bulan sampai mati.

Fase 4: Learning how not to lose. Belajar cara untuk tidak rugi.

Fase 5: Become consistently profitable. Mendapat untung secara konsisten.


John Carter menyatakan bahwa hampir SEMUA pemain saham melewati tahapan-tahapan seperti di atas.  Hanya saja ketika mereka sampai ke Fase 3, biasanya, mereka sudah kehabisan modal dan tidak bisa lanjut ke Fase 4.


Pertanyaan saya untuk anda:
  1. Di Fase manakah anda berada saat ini?
  2. Sudahkah anda memastikan agar modal anda bisa bertahan sampaisetidak-tidaknya�Fase 4?






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad