Di pos ini saya akan membahas indikator analisa teknikal Average True Range (ATR)
Saat mempelajari indikator analisa teknikal, ada beberapa hal yang harus anda cari tahu tentang indikator tersebut:
1. Latar belakang/Sejarah
2. Rumus cara menghitung indikator
3. Jenis: trend-following, oscillators, lain-lain.
4. Fungsi
5. Cara (benar) memakai indikator dan contoh dalam trading
Mari kita mulai.
1. Latar belakang/Sejarah
Indikator Average True Range adalah ide dari J. Welles Wilder, Jr. [Ia adalah juga "bapak" dari indikator Relative Strength Index (RSI)].
Bahasa Indonesia Average True Range (kira-kira) adalah Rata-rata Rentang Sejati.
Range/Rentang apa yang dimaksud?
Range yang dimaksud di sini adalah RENTANG pergerakan HARGA dalam waktu tertentu.
Perhatikan bahwa Range/Rentang pada kurun waktu tertentu adalah JARAK antara harga High dan harga Low. Jadi, dengan kata lain, Range/Rentang harga saham pada hari tertentu adalah harga High dikurangi harga Low pada hari tersebut.
[Jika anda belum tahu apa itu harga High dan harga Low, silahkan baca pos "Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui."]
Contoh: Mengacu pada Tabel 1, Range harga WSKT pada tanggal 14 Agustus 2015 = High - Low = 1.800 - 1.735 = 65.
Tapi kenapa Wilder memberi nama TRUE Range (Rentang SEJATI)? Apanya yang sejati?
Nah, inilah salah satu bukti bahwa Wilder adalah pemain saham dan komoditas kawakan karena, dari pengalaman tradingnya, Wilder menyadari bahwa Range High dan Low harian BELUM TENTU mencerminkan rentang harga sesungguhnya.
Kok bisa?
Kalau anda perhatikan gerak harga saham/komoditas, harga Open hari ini tidak harus sama dengan harga Close hari sebelumnya. Memang pada umumnya harga Open di harga Close kemarin. Namun sering juga terjadi harga Open sedikit di atas ataupun di bawah harga Close hari sebelumnya. Tapi kadang-kadang, harga Open bisa JAUH di atas (bahasa Inggris: Gap Up) ataupun JAUH di bawah (Gap Down) harga Close sebelumnya.
Nah, ketika terjadi Gap Up atau Gap Down, rentang harga High dan Low pada hari tersebut TIDAK mencerminkan Range yang sesungguhnya.
Coba anda perhatikan Tabel 2 di bawah.
Tanggal 11 Agustus 2014, BBRI Close di harga 10.150. Tanggal 12 Agustus 2014 BBRI Open Gap Down di 9.850. Perhatikan bahwa harga High pada hari tersebut (10.025) LEBIH RENDAH daripada harga Close hari sebelumnya (10.150).
[Catatan: Prev Price pada tabel di atas adalah = Harga Close hari sebelumnya.]
Pada kondisi seperti ini, Range High - Low (10.025 - 9.650 = 375) TIDAK MENCERMINKAN rentang harga sesungguhnya.
Kok bisa sih? Saya masih belum ngerti nih? kata anda sambil menggaruk-garuk hidung anda yang tidak gatal.
Mari saya jelaskan supaya anda berhenti menggaruk-garuk hidung dan mulai menggaruk-garuk kepala.
Bayangkan anda membeli BBRI pada tanggal 11 Agustus 2015 di harga Close 10.150. Saat memantau harga pada tanggal 12 Agustus, anda bengong melihat BBRI Open di 9850, naik ke High 10.025, lalu turun lagi ke 9.850 dan lanjut turun ke Low 9.650.
Pada saat harga BBRI di Low 9.650, apakah yang terlintas di benak anda adalah "ampun deh, gue rugi 375"? (High - Low = 10.025 - 9.650 = 375).
Saya yakin tidak begitu.
Saya yakin yang terlintas di benak adalah adalah "ampun deh, gue rugi 500." (Prev Price - Low = 10.150 - 9.650 = 500).
Dengan kata lain, ketika terjadi Gap Down, rentang harga High/Low pada hari tersebut lebih kecil daripada rentang sesungguhnya karena harga High pada hari itu berada DI BAWAH harga Close kemarin.
[Perhatikan bahwa saat kondisi normal tidak Gap Down, harga High hari tersebut biasanya >= harga Close hari sebelumnya.]
Kebalikannya, ketika terjadi Gap Up, rentang harga High/Low pada hari tersebut lebih kecil daripada rentang sesungguhnya karena harga Low pada hari itu berada DI ATAS harga Close kemarin.
[Perhatikan juga bahwa saat kondisi normal tidak Gap Up, harga Low hari tersebut biasanya <= harga Close hari sebelumnya.]
Berdasarkan pengamatan ini Wilder menyimpulkan bahwa saat menghitung Range/Rentang pergerakan harga, ia harus mempertimbangkan kondisi Gap Up dan Gap Down. Nah, rentang harga yang sudah mempertimbangkan kondisi Gap Up dan Gap Down inilah yang ia sebut TRUE Range (Rentang SEJATI).
Apa solusi yang ditawarkan J. Welles Wilder sebagai True Range dari pergerakan harga saham?
Silahkan lanjut baca ke "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian II)."
Pos-pos yang berhubungan:
Saat mempelajari indikator analisa teknikal, ada beberapa hal yang harus anda cari tahu tentang indikator tersebut:
1. Latar belakang/Sejarah
2. Rumus cara menghitung indikator
3. Jenis: trend-following, oscillators, lain-lain.
4. Fungsi
5. Cara (benar) memakai indikator dan contoh dalam trading
Mari kita mulai.
1. Latar belakang/Sejarah
Indikator Average True Range adalah ide dari J. Welles Wilder, Jr. [Ia adalah juga "bapak" dari indikator Relative Strength Index (RSI)].
Bahasa Indonesia Average True Range (kira-kira) adalah Rata-rata Rentang Sejati.
Range/Rentang apa yang dimaksud?
Range yang dimaksud di sini adalah RENTANG pergerakan HARGA dalam waktu tertentu.
Perhatikan bahwa Range/Rentang pada kurun waktu tertentu adalah JARAK antara harga High dan harga Low. Jadi, dengan kata lain, Range/Rentang harga saham pada hari tertentu adalah harga High dikurangi harga Low pada hari tersebut.
[Jika anda belum tahu apa itu harga High dan harga Low, silahkan baca pos "Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui."]
Tabel 1. Average True Range WSKT |
Tapi kenapa Wilder memberi nama TRUE Range (Rentang SEJATI)? Apanya yang sejati?
Nah, inilah salah satu bukti bahwa Wilder adalah pemain saham dan komoditas kawakan karena, dari pengalaman tradingnya, Wilder menyadari bahwa Range High dan Low harian BELUM TENTU mencerminkan rentang harga sesungguhnya.
Kok bisa?
Kalau anda perhatikan gerak harga saham/komoditas, harga Open hari ini tidak harus sama dengan harga Close hari sebelumnya. Memang pada umumnya harga Open di harga Close kemarin. Namun sering juga terjadi harga Open sedikit di atas ataupun di bawah harga Close hari sebelumnya. Tapi kadang-kadang, harga Open bisa JAUH di atas (bahasa Inggris: Gap Up) ataupun JAUH di bawah (Gap Down) harga Close sebelumnya.
Nah, ketika terjadi Gap Up atau Gap Down, rentang harga High dan Low pada hari tersebut TIDAK mencerminkan Range yang sesungguhnya.
Coba anda perhatikan Tabel 2 di bawah.
Tabel 2. Average True Range BBRI |
Tanggal 11 Agustus 2014, BBRI Close di harga 10.150. Tanggal 12 Agustus 2014 BBRI Open Gap Down di 9.850. Perhatikan bahwa harga High pada hari tersebut (10.025) LEBIH RENDAH daripada harga Close hari sebelumnya (10.150).
[Catatan: Prev Price pada tabel di atas adalah = Harga Close hari sebelumnya.]
Pada kondisi seperti ini, Range High - Low (10.025 - 9.650 = 375) TIDAK MENCERMINKAN rentang harga sesungguhnya.
Kok bisa sih? Saya masih belum ngerti nih? kata anda sambil menggaruk-garuk hidung anda yang tidak gatal.
Mari saya jelaskan supaya anda berhenti menggaruk-garuk hidung dan mulai menggaruk-garuk kepala.
Bayangkan anda membeli BBRI pada tanggal 11 Agustus 2015 di harga Close 10.150. Saat memantau harga pada tanggal 12 Agustus, anda bengong melihat BBRI Open di 9850, naik ke High 10.025, lalu turun lagi ke 9.850 dan lanjut turun ke Low 9.650.
Pada saat harga BBRI di Low 9.650, apakah yang terlintas di benak anda adalah "ampun deh, gue rugi 375"? (High - Low = 10.025 - 9.650 = 375).
Saya yakin tidak begitu.
Saya yakin yang terlintas di benak adalah adalah "ampun deh, gue rugi 500." (Prev Price - Low = 10.150 - 9.650 = 500).
Dengan kata lain, ketika terjadi Gap Down, rentang harga High/Low pada hari tersebut lebih kecil daripada rentang sesungguhnya karena harga High pada hari itu berada DI BAWAH harga Close kemarin.
[Perhatikan bahwa saat kondisi normal tidak Gap Down, harga High hari tersebut biasanya >= harga Close hari sebelumnya.]
Kebalikannya, ketika terjadi Gap Up, rentang harga High/Low pada hari tersebut lebih kecil daripada rentang sesungguhnya karena harga Low pada hari itu berada DI ATAS harga Close kemarin.
[Perhatikan juga bahwa saat kondisi normal tidak Gap Up, harga Low hari tersebut biasanya <= harga Close hari sebelumnya.]
Berdasarkan pengamatan ini Wilder menyimpulkan bahwa saat menghitung Range/Rentang pergerakan harga, ia harus mempertimbangkan kondisi Gap Up dan Gap Down. Nah, rentang harga yang sudah mempertimbangkan kondisi Gap Up dan Gap Down inilah yang ia sebut TRUE Range (Rentang SEJATI).
Apa solusi yang ditawarkan J. Welles Wilder sebagai True Range dari pergerakan harga saham?
Silahkan lanjut baca ke "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian II)."
Pos-pos yang berhubungan:
- Empat Komponen Harga Saham Yang Perlu Anda Ketahui
- Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula
- Cara Menampilkan Indikator Average True Range (ATR) di HOTS Daewoo Securities
Comments
Post a Comment