Skip to main content

Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian II)

Pos ini adalah lanjutan dari pos "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian I)."

Di pos "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian I)" anda sudah tahu bahwa ketika terjadi Gap Up atau Gap Down, rentang harga High/Low tidak mencerminkan rentang sesungguhnya (True Range).

Apa ada solusinya?

Tentu saja. 

Solusi yang diberikan J. Welles Wilder adalah sebagai berikut:


a. Saat Tidak Gap Down/Gap Up

Saat tidak terjadi Gap Down/Gap Up, True Range adalah sama dengan Range yaitu High dikurangi Low.

True Range = Range = High - Low.

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Figure 1 di bawah ini.

Figure 1. True Range Saat Tidak Ada Gap Up/Gap Down


b. Saat Terjadi Gap Up

Saat terjadi Gap Up, True Range adalah High hari itu dikurangi Previous Close.

True Range = High - Previous Close.

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Figure 2.

Figure 2. True Range Saat Terjadi Gap Up


c. Saat Terjadi Gap Down

Saat terjadi Gap Down, True Range adalah Previous Close dikurangi Low hari tersebut.

True Range = Previous Close - Low.

Untuk lebih jelasnya, silahkan lihat Figure 3.

Figure 3. True Range Saat Terjadi Gap Down


2. Rumus Cara Menghitung Average True Range

Berdasarkan solusi J. Welles Wilder di atas, rumus untuk mendapatkan nilai True Range adalah:

True Range = max[(High - Low), abs(High - Prev Close), abs(Prev Close - Low)]

Kalau saya jabarkan dalam kata-kata: True Range adalah nilai maximum (terbesar) dari nilai (High - Low), nilai abs(High - Prev Close), nilai abs (Prev Close - Low).

[Perhatikan bahwa fungsi abs (absolut, bukan asal bapak senang) adalah menjadikan (High - Prev Close) dan (Prev Close - Low) selalu bernilai positif. Ingat: yang ingin didapatkan di sini adalah RENTANG harga. Jadi, kita tidak mempermasalahkan apakah harga naik (positif) atau turun (negatif).]

Perhatikan juga bahwa dengan rumus di atas, anda TIDAK PERLU tahu apakah terjadi Gap Up/Gap Down atau tidak.

Mengapa?

Karena kalau terjadi Gap Up, secara otomatis rumus akan memilih nilai abs(High - Prev Close) karena nilai tersebut adalah yang terbesar. Kalau terjadi Gap Down, secara otomatis rumus akan memilih nilai abs(Prev Close - Low) karena nilai tersebut adalah yang terbesar. Kalau tidak terjadi Gap Up/Gap Down, secara otomatis rumus akan memilih nilai (High - Low) karena nilai tersebut adalah yang terbesar.

Keren, kan?

Lalu bagaimana cara mendapatkan Average True Range (ATR)?

Average True Range adalah RATA-RATA dari sejumlah True Range.

Average True Range = (TR1 + TR2 + TR3 ... + TRn)/n

Jadi kalau anda ingin menghitung rata-rata dari 10 True Range, jumlahkan ke 10 True Range tersebut lalu dibagi 10.

Nilai default n untuk Average True Range adalah n = 14.

----#$#----

Nah, sekarang anda sudah tahu cara menghitung Average True Range. Lalu, Average True Range ini termasuk analisa teknikal jenis apa: trend-following atau oscillator? Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke "Indikator Analisa Teknikal Average True Range (Bagian III)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2015 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad