Skip to main content

Seberapa Sering Trader Saham Top Dunia Untung?

Di bulan November 2015 saya men-survey pembaca blog ini dengan pertanyaan berikut:

Menurut anda, trader saham top dunia untung berapa kali (rata-rata) dari setiap 10 kali transaksi?

1. 3 kali (30%) atau kurang
2. 4 kali (40%)
3. 5 kali (50%)
4. 6 kali (60%)
5. 7 kali (70%)
6. 8 kali (80%) atau lebih

Total 159 suara masuk (terima kasih kepada semua yang meluangkan waktu memilih) dengan hasil sebagai berikut:

19% (30 suara) memilih 3 kali (30%) atau kurang
9% (14 suara) memilih 4 kali (40%)
13% (20 suara) memilih 5 kali (50%)
21% (34 suara) memilih 6 kali (60%)
21% (34 suara) memilih 7 kali (70%)
17% (27 suara) memilih 8 kali (80%) atau lebih


Dari hasil survey terlihat bahwa cukup banyak pemberi suara merasa bahwa trader (pemain) saham top dunia bisa konsisten untung 6, 7, bahkan 8 kali dari setiap 10 transaksi.

Benarkah pandangan tersebut?

Steve Cohensalah satu top trader saham yang di-interview Jack Schwager di buku Stock Market Wizardsbilang begini:

"My best trader make money only 63 percent of the time. Most traders make money only in the 50 to 55 percent range. That means you're going to be wrong a lot."

Terjemahannya: trader terbaik saya mencetak untung hanya 63 kali dari setiap 100 kali transaksi. Mayoritas trader* mencetak untung hanya antara 50 sampai 55 kali (dari setiap 100 kali transaksi). Ini artinya anda akan SERING salah.

[* Menurut saya, yang dimaksud Steve Cohen adalah mayoritas trader yang bekerja di perusahaan yang ia pimpin.]

Apa arti pernyataan Steve Cohen tersebut?

Artinya, kalau top trader-nya Steve Cohen bisa untung HANYA 63 kali dari setiap 100 kali transaksi DAN mayoritas trader yang bekerja di perusahaan Steve Cohen (dan trader-trader ini sudah bisa dikategorikan trader saham kelas dunia) bisa untung HANYA 50-55 kali dari setiap 100 transaksi, apakah masuk akal kalau pemula yang baru mulai main saham berharap bisa untung 50, 60, 70, atau bahkan 80 kali dari setiap 100 kali transaksi?

Yang lebih hebat lagi, buanyak sekali pemain saham yang baru mulai main saham mengharapkan bisa LANGSUNG UNTUNG dan tidak pernah rugi (padahal pengetahuan mereka tentang saham hampir tidak ada). Ini sama saja berarti mereka berharap mendapat untung 100 kali dari setiap 100 kali transaksi.

Masuk akalkah?

Kalau anda ingin sukses dalam bermain saham, langkah pertama yang harus anda lakukan adalah belajar TAHU DIRI. Baru belajar naik sepeda tapi kok berharap langsung jadi juara balap MotoGP?

[Kalau ada penjual seminar/pelatihan/software/alat yang menjanjikan bahwa anda BISA LANGSUNG jadi juara MotoGPpadahal naik sepeda pun anda masih belum bisaasalkan anda membeli barang yang mereka jual dan ANDA PERCAYA, nah, jangan salahkan si penjual. Yang bodoh adalah yang percaya omong kosong itu.] 

Dengan kata lain: Saat baru mulai belajar main saham, jangan berharap TERLALU MULUK dan TERLALU TINGGI. Harapan yang terlalu muluk dan terlalu tinggi hanya akan menuai stress. Mohon diingat bahwa pemain saham yang sudah bangkotan pun masih akan sering salah, apalagi pemain saham yang masih hijau.

Lagipula, anda tidak harus untung 6-7 kali dari setiap 10 kali transaksi untuk sukses main saham. Kalau anda sudah bisa mencetak untung 2-3 kali dari setiap 10 transaksi, anda seharusnya sudah bisa konsisten untung dari main saham.

Kok bisa?

Bisa, selama rugi anda yang 7-8 kali tersebut LEBIH KECIL dari untung yang cuma 2-3 kali.

Lho?

Dengan kata lain, saat bermain saham anda harus selalu berusaha meMINIMALkan kerugian dan meMAKSIMALkan keuntungan.

Dan untuk para pemula, yang LEBIH MUDAH dipelajari dan dilakukan adalah meMINIMALkan kerugian.

Caranya?

Cut-loss. Cut-loss. Cut-loss.

(Silahkan baca juga pos "Mau Main Saham? Ingat Tiga Hal Maha Penting Ini" dan pos "Cara Menjual Saham Agar Profit Maksimal.")

Steve Cohen sudah memperingatkan bahwa anda akan SERING salah saat bermain saham. Kalau anda selalu membiarkan kesalahan tersebut menjadi kerugian yang besar, karir anda sebagai pemain saham tidak akan bertahan lama.






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad