Skip to main content

Melakukan Sendiri Jual-Beli Saham. Perlukah?

Di bulan Januari 2016 saya menyurvey pembaca blog ini dengan pertanyaan ini:

Kalau anda ingin investasi dalam bentuk saham, pilih mana:

1. Lakukan sendiri jual/beli saham di bursa saham
2. Beli reksadana saham
3. Beli Exchange Traded Fund (ETF)
4. Beli asuransi unit link saham


Total 172 suara masuk (terima kasih untuk anda-anda yang meluangkan waktu memilih) dengan hasil sebagai berikut:

149 suara memilih melakukan sendiri jual/beli saham di bursa saham
  35 suara memilih membeli reksadana saham
    7 suara memilih membeli Exchange Traded Fund (ETF)
    2 suara memilih membeli asuransi unit link saham

[Catatan: pada survey ini, pemilih diperbolehkan memilih lebih dari 1 pilihan.]


Dari jawaban yang masuk, mayoritas memilih melakukan sendiri jual/beli saham di bursa saham.

Hasil ini tidak mengejutkan karena mayoritas pembaca blog ini adalah orang-orang yang ingin belajar main saham. Jadi, saya simpulkan bahwa pengunjung blog ini adalah orang-orang yang  berminat melakukan sendiri jual/beli saham.

Suatu tekad yang baik dan perlu saya acungi jempol.

Tapi . . .

Dari pengalaman selama ini, saya menemukan bahwa MAYORITAS peminat belajar saham biasanya hanya bertahan jual/beli saham secara aktif kurang dari 1 tahun. Setelah itukarena rugi atau karena hasilnya tidak sesuai harapan atau karena keterbatasan waktu luang mereka meninggalkan investasi/trading saham.

Ini juga bukan hal yang mengejutkan.

Fakta kehidupan adalah HANYA SEGELINTIR orang saja yang akan sukses di setiap bidang. Artinya, banyak yang akan mencoba-coba tapi hanya sedikit saja yang bertahan. Dari yang bertahan, hanya segelintir yang bisa mendapat penghasilan yang memadai.

Tapi . . .

Ada 1 hal penting yang membedakan main saham dengan usaha/profesi lain: anda  TIDAK HARUS melakukan sendiri jual-beli saham untuk menikmati untung dari main saham.

[Kalau anda berharap menjadi penyanyi sukses, anda HARUS BISA menyanyi sendiri. Sulit untuk mencari penghasilan berkesinambungan sebagai penyanyi kalau anda mengandalkan orang lain menyanyi untuk anda (lip sync).]

Bagaimana caranya?

Anda bisa ikut main saham dengan membeli reksadana saham. Anda bisa ikut main saham dengan membeli Exchange Trade Fund (ETF). Anda juga bisa ikut main saham (tapi tidak saya sarankan) dengan membeli asuransi unit link saham.

Intinya: tidak semua orang perlu main saham sendiri secara langsung. Kalau anda tidak tertarik, tidak berminat, tidak punya waktu luang, (merasa) tidak punya kemampuan untuk main saham sendiri tapi anda ingin bisa ikut merasakan keuntungan dari saham, pertimbangkan untuk membeli reksadana atau ETF.




Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2016 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad