Skip to main content

Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta? Tanggapan (Bagian I)

Sebelum membaca pos ini, silahkan baca dulu pos "Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta?" dan baca juga semua komentar/pilihan pembaca.

Di pos "Pilih Mana: Untung Sekaligus 240juta atau 12 x 20juta?" tersebut saya mengajak anda untuk berpikir: kalau bisa memilih untung sekaligus 240juta di akhir tahun, untung sekaligus 240juta di awal tahun, atau untung 20juta setiap bulan selama 12 bulan, anda pilih yang mana?

Komentar/pilihan yang masuk sampai dengan tanggal 07 Agustus 2017 adalah sebagai berikut:

20 suara memilih nomor 3
6   suara memilih monor 1
1   suara bilang semua sama saja
Tidak ada yang memilih nomor 2

Dari hasil di atas terlihat bahwa mayoritas mutlak (> 70%) memilih nomor 3: untung 20juta setiap bulan selama 12 bulan.

Apakah ini pilihan yang terbaik? Apakah ini pilihan yang benar?

Mari kita bahas.


---###$$$###---


Perhatikan bahwa kalau melihat HANYA nilai portofolio/modal pada akhir tahun (tanggal 31 Desember tahun tersebut), kondisi pada saat itu adalah SAMA untuk semua opsi pilihan: nilai portofolio anda sama Rp 1.240.000.000.

Jadi, apa yang berbeda dari ketiga pilihan tersebut?

Yang berbeda adalah PROSES (perjalanan/journey) anda menuju nilai portofolio Rp 1.240.000.000 tersebut. Dan�yang penting anda ketahui� proses yang berbeda ini membebani psikologis anda dalam kapasitas yang berbeda.

Lho?

Mari kita bahas satu per satu.


Pilihan Nomor 3: Untung 12 x 20 juta 

Dari ketiga pilihan yang saya berikan, pilihan nomor 3 adalah pilihan dengan beban psikologis paling ringan.

Artinya, secara psikologis jauh lebih nyaman untung setiap bulan Rp 20 juta daripada untung sekaligus Rp 240 juta di awal tahun ataupun akhir tahun.

Jadi, tidak heran kalau nomor 3 adalah pilihan mayoritas pemilih.

Nah, tidak ada yang salah dengan pilihan ini, tapi masalahnya...

Main saham berbeda dengan bekerja pada pemberi kerja di mana anda konsisten mendapat gaji setiap bulan: dalam bermain saham, keuntungan yang anda dapatkan (cukup banyak) tergantung pada kondisi pasar.

Masalahnya, pasar tidak selalu kondusif memberikan kesempatan mendapat untung. Memang, ada kalanya pasar memberikan kesempatan mudah untung. Tapi sering juga pasar memberikan kesempatan untuk gampang rugi.

Dengan kata lain, anda ingin untung konsisten setiap bulan, tapi kondisi pasar tidak selalu memungkinkan.

Kok bisa begitu?

Potensi mendapat untung di saham tergantung pada pergerakan harga saham. Dan harga saham biasanya naik/turun BANYAK dalam kurun waktu (relatif) SINGKAT lalu bergerak sideways (tidak-naik-tidak-turun) untuk kurun waktu yang (relatif) lama.

Artinya, lebih besar kemungkinan anda untung Rp 240juta dalam 3 bulan lalu 9 bulan berikutnya anda tidak untung (atau bahkan rugi) daripada kemungkinan anda konsisten untung Rp 20juta setiap bulan selama 12 bulan.

Ini tidak berarti bahwa pilihan anda salah. Hanya saja anda perlu tahu dan sadar bahwa secara fakta lapangan, sulit untuk memenuhi harapan untung KONSISTEN setiap bulan berturut-turut selama 12 bulan dalam nilai yang�kurang lebih�sama.

Lanjut ke pilihan berikutnya.


Pilihan Nomor 1: Untung Sekaligus Rp 240 juta di Desember

Saya agak terkejut bahwa sekitar 20% pemilih memilih nomor 1.

Mengapa?

Karena secara psikologis, pilihan ini adalah pilihan dengan beban psikologis paling berat.

[Tebakan saya, pemilih Nomor 1 bukan/belum full-time trader di mana penghasilannya hanya dari bermain saham.]

Bayangkan kalau anda adalah seorang full-time trader dan hanya mendapatkan penghasilan dari bermain saham:

January anda tidak untung.

February, Maret, April anda untung lumayan tapi lalu rugi sampai semua keuntungan habis.

Mei, Juni, Juli anda rugi lumayan tapi lalu berhasil menutup kerugian tersebut.

Agustus, September anda lagi-lagi untung lumayan tapi akhirnya rugi lagi sampai cuma impas.

Oktober, November anda rugi sedikit lalu untung sedikit, tapi akhirnya cuma impas.

Desember anda untung Rp 240 juta.

Selama 11 bulan anda tidak pernah untung. Padalah setiap hari anda perlu uang untuk makan dan kebutuhan hidup mendasar lainnya.

Belum lagi kalau anak sakit, mobil/motor rusak, atap rumah bocor. Semua perlu duit padahal anda tidak ada penghasilan sama sekali.

Betapa berat beban psikologis tersebut.

Tapi saya tekankan kembali: tidak ada yang salah kalau anda memilih nomor 1.

Yang saya khawatirkan adalah apakah pemilih nomor 1 SANGGUP menanggung beban psikologis sedemikian berat selama berbulan-bulan dan tetap bertahan. Saya rasa MAYORITAS pemilih nomor 1 sudah keburu mengangkat bendera putih di bulan September dan beralih profesi.

Pesan tambahan kepada pemain saham pemula:

Kalau anda seorang pemula, jauh lebih besar kemungkinan anda RUGI KONSISTEN setiap bulan selama berbulan-bulan daripada kemungkinan anda tidak-untung-tidak-rugi.

Nah, beban psikologis TIDAK-UNTUNG-TIDAK-RUGI dari Januari sampai dengan November sudah beban yang berat. Coba bayangkan betapa lebih berat lagi beban psikologis kalau anda RUGI Rp 20 juta SETIAP BULAN dari Januari sampai dengan November.

Tidak heran toh kalau mayoritas pemula main saham hanya bertahan beberapa bulan saja.


---###$$$###---


Lalu bagaimana dengan pilihan nomor 2 yang TIDAK DIPILIH satu orang pun: Untung sekaligus Rp 240 juta di Januari lalu tidak ada untung lagi sampai dengan Desember?

Anda tidak tertarik?

Bagaimana kalau saya katakan bahwa nomor 2 ini adalah pilihan saya?

Apakah sekarang anda tertarik untuk tahu alasannya?

Mau tahu? Silahkan lanjut baca ke pos "Untung Sekaligus 240 juta atau 12 x 20 juta? Tanggapan (Bagian II)." [Belum terbit. Mohon berkunjung kembali.]






Pos-pos yang berhubungan:
[Pos ini 2017 oleh Iyan terusbelajarsaham.blogspot.com. Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.]

Comments

Popular posts from this blog

Arti Istilah Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share, biasanya disingkat EPS, artinya adalah Laba (Bersih) Per Saham. Nah, mengapa anda perlu tahu Laba Per Saham ? Andaikan anda tahu bahwa Laba keseluruhan P.T. Ciputra Development (CTRA), misalnya, Rp 200 milyar, tidakkah informasi tersebut sudah cukup? Tidak. Tidak cukup. Untuk memahami mengapa tidak cukup hanya mengetahui Laba Total perusahaan, mari kita lihat ilustrasi berikut: Ketika sedang mengendari motor menuju rumah, Roseta melihat sebuah truk penuh durian sedang berhenti di pinggir jalan. Harum sekali aromanya. Sebagai seorang pecinta berat durian, Roseta tidak henti-hentinya menghirup dalam-dalam semerbak buah berduri tersebut. Ia meminggirkan motornya dan menyapa si bapak pengemudi truk yang sedang duduk santai mengisap rokok. "Pak, duriannya dijual gak?" tanya Roseta. "Iya, neng. Dijual." jawab si bapak. "Satu harganya berapa, Pak?" tanya Roseta lebih lanjut. "Satu truk penuh, saya mau jual Rp 5 juta," jawab si

Cara Menghitung Harga Teoritis Ex Saham Bonus

Di pos "Mengapa 'Saham Bonus' Bukan Bonus" saya menyatakan bahwa setelah Ex Saham Bonus, harga saham harus diSESUAIkan � karena jumlah saham bertambah dengan adanya saham bonus � agar NILAI RUPIAH saham tersebut tetap sama sebelum dan sesudah Ex Saham Bonus. Nah, di pos ini saya akan menjelaskan bagaimana cara menghitung harga saham yang telah disesuaikan ini. Dengan kata lain, kita akan mempelajari cara menghitung harga Close teoritis setelah Ex Saham Bonus. Untuk mempermudah diskusi, mari kita lihat contoh kasus saham bonus PT. Indospring (INDS) berikut: Nama saham: INDS   Rasio Saham Bonus: 4 saham lama mendapat 1 saham baru   Cum Saham Bonus: 02 Juli 2014 Ex Saham Bonus: 03 Juli 2014 Harga Close INDS pada Cum Saham Bonus: Rp 2.905.   Pertanyaannya: berapakah harga teoritis Close INDS saat Ex Saham Bonus?  Untuk menghitung harga teoritis Ex Saham Bonus, hal pertama yang harus anda perhatikan adalah RASIO saham lama dan saham baru. Pada kasus INDS, rasio saham la

Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 5

Pos ini adalah lanjutan dari "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 4." (Kalau anda ingin membaca seri ini dari awal silahkan klik di sini "Analisa Teknikal Saham Untuk Pemula, Bagian 1." ) Membandingkan harga Close dengan Open akan tergantung pada kondisi Open. Perlu anda ingat kembali bahwa ada tiga kemungkinan kondisi Open: Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price) Open Di Prv Price (Open = Prv Price) Open Di Bawah Prv Price (Open < Prv Price) Dengan adanya tiga kemungkinan kondisi Open ini, dan juga karena adanya tiga kemungkinan Close (Close Di Atas Open, Close Di Open, Close Di Bawah Open), membandingkan Close vs. Open menghasilkan sembilan skenario yang berbeda.   Mari kita teliti satu per satu. 1. Open Di Atas Prv Price (Open > Prv Price)   Kondisi ini sendiri adalah relatif Bullish.   a.  Close > Open (> Prv Price)   Kalau Close di atas harga Open, saham tersebut relatif Bullish; ranking 1 Bullish di antara semua kondisi nomor 1. Pad